MANOKWARI–Rapat kerja teknis (Rakernis) Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) Polda Papua Barat tahun 2024 tidak hanya menghadirkan narasumber internal, namun juga eksternal.
Rakernis yang mengangkat tema “Peningkatan Kemampuan Humas yang Presisi Guna Menjamin Kamtibmas yang Kondusif Jelang Pemilihan Kepala Daerah 2024 di Provinsi Papua Barat” tersebut berlangsung di Aula Hotel Oriestom Bay, Manokwari, Jumat (21/6/2024).
Adapun narasumber eksternal yang dihadirkan yakni Ketua PWI Papua Barat Bustam dan Ahli Pertama Pranata Siaran RRI Manokwari, Patti E.Elwarin.
Bustam diminta membawa materi terkait pemberitaan. Secara detail Bustam menjelaskan standar penulisan berita, meliputi objek berita, nilai-nilai berita, unsur berita, struktur penulisan dan bahasa berita. Dijelaskan, berita adalah hasil rekonstruksi dari fakta (peristiwa), maka diperlukan perangkat untuk merekonstruksi peristiwa itu.
Berangkat dari pemikiran, kata Bustam, umumnya manusia membutuhkan jawaban atas rasa ingin tahunya, dalam enam hal, maka perlu digali melalui enam pokok unsur, meliput apa (what), siapa (who), dimana (where), kapan (when), mengapa (why) dan bagaimana (how).
Dia juga menjelaskan, pentingnya kehumasan menyiapkan siaran pers (press release) untuk dikirim ke wartawan atau media. “Meskipun digelar jumpa pers, perlu juga menyiapkan siaran pers. Dan dikirimkan secepat mungkin,” kata Bustam.
Selain itu, Bustam juga turut memaparkan syarat judul berita yang baik, aturan penulisan judul berita dan tips pembuatan judul berita, termasuk pentingnya menarik semakin banyak pembaca. “Judul berperanan penting dalam penulisan berita, tentunya ada hal-hal yang harus diperhatikan. Walaupun setiap berita penyajiannya bergantung pada kebijakan dari redaksi, sebab setiap media berbeda-beda. Kalau kita berbicara kehumasan perlu diperhatikan judul yang representatife dan spesifik, tapi sangat perlu menggugah rasa,” ungkap Bustam.
Menariknya bicara menggugah rasa, Bustam menyampaikan pentingnya menempatkan rasa dalam berita. “Kita membahas tentang kesantunan berbahasa, sebenarnya ada lisan dan tulisan, tapi bagi saya dengan gerakan isyarat tubuh, jari dan lainnya juga bagian dari kesantunan berbahasa. Maka menempatkan rasa dalam berita menjadi nilai tersendiri,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Bustam juga menjelaskan terkait fungsi pers “Gabungan Kebajikan”. Dimana pers bekerja sesuai UU 40 Tahun 2019 tentang Pers, yang memberi informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. “Ini merupakan ‘gabungan kebajikan’ dari unsur-unsur positif sistem pers yang berlaku,” jelasnya.
Dia juga mengulas tentang paradikma pers pembangunan sebagai pelayanan kebenaran, keadilan, dan kemanusian untuk kesejahteraan, yang merupakan wujud dari pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), misalnya tentang akurasi, faktual, berimbang, non partisan, imparsial, menjauhi berita tendensi suku, agama, ras dan antar golongan (SARA), memproteksi anak, perempuan, difabel, serta melindungi masyarakat melalui hak-hak mengontrol profesionalitas media.
Bustam menekankan pentingnya keberpihakan media kepada kemaslahatan bersama, dengan penajaman spesialisasi, misalnya pers ramah pariwisata, anti korupsi, perprektif gender, ramah anak, ramah disabilitas dan perspentif lingkungan.
“Mari ikut mendorong media menyajikan inspirasi-inspirasi, untuk secara konsisten membangkitkan kesadaran bersama, meraih cita-cita bersama menuju kesejahteraan dan kemaslahatan bersama,” tuturnya.
Sementara Ahli Pertama Pranata Siaran RRI Manokwari, Patti E.Elwarin yang juga pengurus PWI Papua Barat menyampaikan materi terkait public speaking,yang dipandu oleh moderator Bripda Maria Theresia Antoh. (red)