Akademisi Unipa Sebut 3 Solusi Atasi Permasalahan Pendidikan di Papua Barat  

0
Akademisi Universitas Papua (Unipa), Dr. Ir. Agus Irianto Sumule
SORONG,KLIKPAPUA.com–Akademisi Universitas Papua (Unipa), Dr. Ir. Agus Irianto Sumule memaparkan presentasi serius mengenai kondisi anak tidak mengenyam pendidikan di Papua Barat.
Ironisnya, total keseluruhan anak putus sekolah se- Provinsi Papua Barat mencapai 68.988 anak. Ini dijelaskan saat Raker Bupati/Walikota, Kamis (20/10/2022).
Disampaikan Dr. Agus Sumule, pemetaan angka anak putus sekolah di wilayah Papua Barat, terbagi manjadi dua wilayah yakni  Bomberay dan Domberai.
Untuk Bomberay mencakup Kabupaten Fakfak, Kaimana dan Teluk Bintuni. Wilayah adat ini, Kabupaten Teluk Bintuni merupakan penyumbang terbesar anak tidak sekolah sebanyak 5.598. Selanjutnya Kabupaten Kaimana dengan jumlah anak tidak bersekolah sebanyak 4.588, dan Kabupaten Fakfak sebanyak 4.318 anak tidak bersekolah.
Sementara di wilayah Domberai yang mencakup Kabupaten Manokwari, Pegunungan Arfak, Manokwari Selatan, Kabupaten Sorong, Raja Ampat, Teluk Wondama, Tambrauw, Kota Sorong dan Kabupaten Sorong Selatan.
Kabupaten Manokwari merupakan penyumbang terbesar angka anak tidak bersekolah, sebanyak 12. 804. Kemudian Kabupaten Pegunungan Arfak dengan 8.508 anak tidak bersekolah, sedangkan di urutan ketiga Kota Sorong dengan jumlah 6.577 anak tidak bersekolah.
Disisi lain penyumbang anak putus sekolah terendah adalah Kabupaten Tambrauw dengan angka 1.061 anak tidak bersekolah. Total keseluruhan anak putus sekolah se-Provinsi Papua Barat, 68.988 anak putus sekolah.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Dr Agus Sumule, menyebut, terdapat tiga hal penting yang perlu dilakukan dalam mengatasi permasalahan pendidikan, memberikan hak pendidikan anak, pendidikan dewasa dan pembenahan permasalahan tenaga guru di Provinsi Papua Barat.
“Kalau kita bicara pendidikan dimana pun di dunia ini, ada tiga hal, yaitu hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak sesuai Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945. Serta berbicara tentang penduduk dewasa, berapa rata-rata pendidikan penduduk dewasa. Dan kemudian masalah ketiga, yaitu bagaimana situasi guru, karena gurulah yang menyelesaikan masalah ini. YouTube tidak bisa mengatasi masalah pendidikan, kecuali guru,” terang Dr Agus Sumule.
Menindaklanjuti hal tersebut, Penjabat Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw menyatakan forum Raker Bupati/Walikota merupakan sarana penting untuk membahas. Oleh sebab itu wajib mencari solusi atas banyaknya faktor penyebab angka anak putus sekolah di Papua Barat menyentuh jumlah sangat besar. Dasar pendidikan juga berpengaruh untuk menekan angka pengangguran di daerah.
“Banyak anak-anak asli Papua yang putus sekolah dari data 68.988 anak putus sekolah. Jadi kita mau diskusikan dengan para Bupati/Walikota untuk mencari solusi. Banyak faktor penyebabnya, antara lain dari faktor ekonomi orang tua. Kebanyakan dari jumlah angka anak putus sekolah di bangku SD. kalau ada investor yang masuk dan tercipta lapangan kerja, bagaimana anak-anak kita ini mau bekerja. Masalah pendidikan Itu merupakan topik utama,” harap Pj. Gubernur. (rls/bm)


Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.