MANOKWARI,KLIKPAPUA.com–Hidup berdampingan bersama dengan berbagai macam latar belakang suku dan agama tidaklah mudah untuk saling menyesuaikan diri dan saling menghormati antara satu dengan yang lainnya. Tapi bukan berarti keamanan, kenyamanan, damai dan rasa solidaritas tinggi tidak bisa diwujudkan. Oleh karenanya diperlukan kesadaran dan pengertian bersama,karena berada pada suatu daerah yang aman, nyaman dan damai tentulah menjadi suatu idaman bagi semua orang.
Untuk itu, Persatuan Gereja – Gereja di Papua Barat (PGGP) khususnya di Kabupaten Manokwari menolak keras segala bentuk Pemikiran radikalisme dan rasisme atau apapun terorisme yang dapat mengganggu ketentraman,kedamaian di Kota Injil Manokwari.
Pdt.Sherly Parinussa selaku Ketua Umum Persatuan Gereja-Gereja Papua(PGGP) di Papua Barat menyampaikan pernyataan tegas, bahwa PGGP menolak segala macam bentuk sikap radikalisme,terorisme.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Indonesia terdiri dari ratusan suku,bahasa dan latar belakang daerah yang berbeda serta agama yang berbeda. Dari berbagai perbedaan ini tentu sangat mungkin disusupi atau dirasuki pemikiran yang radikal. Pemikiran radikal yang dimaksud adalah seseorang yang merasa menjalankan agamanya paling benar. “Kita tidak boleh memakai kebenaran diri kita sendiri untuk mengukur kesalahan orang lain,” ujar Parinussa, Selasa(13/4/2021).
Parinussa menambahkan, memiliki kesadaran bahwa perbedaan dari sisi suku, bahasa dan agama , itu adalah sebuah kekayaan yang harus dijaga dan rawat dengan baik, supaya tidak menjadi pemicu yang menghasilkan gesekan – gesekan yang dapat menimbulkan perpecahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Sebagai umat beragama tentunya kita diajarkan untuk saling menghormati dan mengasihi sesama,terlebih menghormati Tuhan Sang Pencipta. Jika kita menghormati Tuhan maka tentu kita kan menghargai manusia sebagai ciptaanNYA, untuk itu jangan perlakukan manusia itu tidak manusiawi seperti pemikiran radikalisme,”jelas Parinussa.
Terbentuk-nya pemikiran radikalisme dan gerakan radikalis itu sebenarnya pengaruh dari luar yang di bawa masuk oleh orang yang tidak bertanggung jawab ke dalam bangsa ini.
Selain itu lanjutnya Parinussa, Pemerintah Daerah juga harus bersikap selektif untuk melihat siapa yang keluar masuk didaerahnya, harus mempunyai kelengkapan identitas sah. Pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk menjaga tempatnya. “Untuk itu kami juga meminta aparat keamanan dalam hal ini TNI-POLRI untuk menindak tegas tanpa pandang bulu semua orang yang terlibat dalam hal seperti ini,” harapnya. “Kita harus jadikan Papua ini tanah damai,membumikan toleransi,melangitkan peradaban menuju Papua Barat sebagai rumah Kebhinekaan,” tutup Parinussa.(ars)