Hilang Saat Tugas, Keluarga Iptu Tomi Marbun Cari Kebenaran 

0
Riah Tariga, istri Iptu Tomi Samuel Marbun saat melakukan audiensi di ruang dengar pendapat umum (RDPU) Komisi III DPR RI, membahas hilangnya Iptu Tomi Senin (17/3/2025).
MANOKWARI,KLIKPAPUA.com – Tiga bulan lamanya, Iptu Tomi Samuel Marbun Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni masih dinyatakan hilang di sungai Rawara Distrik Moskona Barat, Kabupaten Teluk Bintuni pada operasi pengejaran anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Ketidak jelasan nasib Iptu Tomi membuat pihak keluarga mencari kebenaran informasi hingga ke DPR RI. Riah Tariga, sang istri bersama keluarga melakukan audiensi di Ruang Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi III DPR RI untuk membahas hilangnya Iptu Tomi Senin (17/3/2025).
Pada RDPU tersebut dihadiri pula Kapolda Papua Barat Irjen Pol Johnny Eddizon Isir dan Kapolres Teluk Bintuni, AKBP Choiruddin Wachid. Pada kesempatan itu, Riah mengungkapkan hal-hal yang terjadi pada suaminya sebelum hingga sesudah dinyatakan hilang saat operasi penangkapan KKB ini.
Berdasarkan informasi yang diterima keluarga, sejak dikabarkan hilang pada 18 Desember 2024 lalu, Iptu Tomi dinyatakan tergelincir dan jatuh dari long boat yang digunakan saat melewati Sungai Rawara. “Saya dikabarkan bapak Kapolres bahwasanya suami saya tergelincir sendiri dari longboat waktu duduk di bagian belakang,” ujarnya, pada tayangan Live dari Komisi III DPR RI.
Setelah mendapat berita tersebut, pihak keluarga berusaha mencari bantuan tranportasi udara dengan pembiayaan sendiri untuk melakukan pencarian pada tanggal 19 Desember 2024. Pencarian dilanjut pada keesokan harinya dari udara.
“Tanggal 20 desember helikopter kedinasan tiba bersama dengan helikopter yang disewa keluarga menyusuri sungai sepanjang TKP sampai ke muara tapi tidak ada juga tanda-tanda hanyut yang ditemukan,” jelas Riah.
Menurut Riah, Kanit Buser Polres Teluk Bintuni yang turut dalam operasi ini sempat menjelaskan kronologis awal hilangnya Iptu Tommy di TKP pada dirinya.
“Pak Kanit menceritakan bahwa dia orang pertama menyeberangi sungai dengan cara berenang diikuti beberapa anggota setelah itu memberi tanda silang untuk menandakan arus kencang,” bebernya.
“Keterangan beliau melihat suami saya berdiri di tandusan yang airnya setinggi lutut, lalu terduduk melihat ke arah pak Kanit, tersapu air dan hilang,” tambahnya.
Hal aneh dirasakannya juga saat dirinya menanyakan kronologi kepada anggota yang turut dalam operasi, namun tidak ada yang dapat memberikan informasi.
Beberapa kejanggalan dirasakannya, dimana saat hendak menyewa helikopter pertamakali untuk pencarian, tiba-tiba dibatalkan tanpa alasan.
Riah juga menyesalkan anggota Polres Bintuni yang melakukan pencarian tidak melakukan upaya maksimal dalam mencari suaminya yang katanya terbawa arus.
Tak hanya itu, dalam kedinasan juga, bhayangkari Reskrim Polres Teluk Bintuni tidak diperbolehkan mendatangi rumah Riah Tarigan bahkan untuk memberi dukungan. “Saya merasa janggal, saat ibu-ibu bhayangkari mau kasi support, dukungan, doa, kenapa suami mereka di panggil Kapolres, dimarah dan dilarang untuk datang lagi,” cetusnya.
Hal lain yang janggal adalah barang-barang suaminya, seperti handphone, baju, dalaman, rompi dikembalikan ke pihak keluarga beberapa hari setelah kejadian.
Dalam RDPU ini, Riah meminta agar pihak kepolisian memberikan kejelasan terkait kronologi yang menimpa suaminya.(mel)

Komentar Anda

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.