BALIKPAPAN,KLIKPAPUA.com— Usai mengunjungi lokasi titik nol pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, 28 wartawan Anugrah Jurnalistik Pertamina (AJP) 2021 melanjutkan perjalan ke Mangrove Center Graha Indah, Rabu (1/6/2022) sore.
Mangrove center ini letaknya di dalam kompleks perumahan Graha Indah, Kota Balikpapan, dan dikelola oleh warga perumahan.
Pengelola Mangrove Center Graha Indah, Agus Bei menjelaskan, Kalimantan adalah paru-paru dunia. Hutan primer telah banyak digali, dan mangrove-lah solusinya.
Kawasan hutan Mangrove di pesisir Kalimantan adalah yang nomor satu. Tapi untuk Kota Balikpapan tercatat kurang lebih ada 1400 hektar, di tahun 1998. Apakah saat ini masih sama? Agus Bei belum bisa memastikan, namun karena Kota Balikpapan kotanya berpusat di pesisir, dia yakin sudah mulai berkurang.
Agus Bei menceritakan, Mangrove Center awalnya dari tambak. Dan tahun 2001 hingga 2009, ia melakukan kajian dan pemeliharaan. Sembilan hingga 10 tahun nampaknya membuahkan hasil, bisa menjadi tempat destinasi wisata. Karena terpelihara dengan baik, diikuti habitat lain juga tumbuh.
Sehingga hampir semua Negara datang ke Mangrove Center untuk menyaksikan, bahkan terakhir Minggu lalu delegasi Yourt 20 (Y20) datang berkunjung menyusul isu mangrove dunia.
Agus mengungkapkan, bahwa cukup besar sumbangsih Mangrove Balikpapan untuk Negara. Sesuai hasil kajian mereka, per hektar tanaman mangrove dapat menyerap karbon 40 ton, per hari.
Jadi jika dikalikan 140 hektar, berarti 6000 ton per hari. Ini sumbangsih pada dunia. “Jadi bukan lagi isapan jempol, karena isu perubahan iklim mangrove center sudah dilakukan sejak 2001,” katanya.
Karena konsitensinya, pada tahun 2017 Mangrove Center dianugrahi Kalpataru oleh Presiden RI. “Jangan menunggu punya uang, baru melakukan restorasi, karena kalau menunggu uang, maka tidak akan terjadi. Lakukanlah apa yang bisa kita kerjakan, sehingga kita akan berjalan dengan sendirinya,” pesan Agus.
Habitat Kera Bekantan
Di dalam hutan mangrove ini terdapat Kera Bekantan, yang tak mudah lagi ditemui. Untuk melihat keberadaan kawanan Kera Hidung Panjang ini harus menyewa perahu untuk menyusuri sungai bakau.
Beruntung rombongan wartawan asal Papua Barat, Papua dan Maluku ini datang sore hari, sehingga dapat melihat monyet Bekantan yang sedang keluar mencari makan.
Sungguh pengalaman yang sangat berharga, kapan lagi bisa melihat monyet asli Kalimatan di habitat aslinya. (bm)