Sekretaris Umum Intelek Arfak Provinsi Papua Barat, Christopel R. Mandacan. (Foto: klikpapua)
MANSEL,KLIKPAPUA.COM– Sekretaris Umum Intelek Arfak Provinsi Papua Barat, Christopel R. Mandacan mempertanyakan makna sistem Noken yang digunakan dalam perekrutan Bintara Polri.
Menurutnya, Polda Papua Barat sudah menggunakan nama yang mereka tidak pahami dalam sistem penerimaan tersebut. “Saya minta Polda memberikan penjelasan seperti apa pemahaman tentang sistem noken, yang jelas di Papua sendiri noken artinya adalah bungkus (direkrut semuanya),” terang Chris melalui telepon selulernya, Minggu (15/3/2020).
Lebih lanjut, Chris yang juga adalah Sekretaris Umum Suku Besar Hatam Kabupaten Manokwari Selatan ingin mengetahui kriteria kelulusan bintara Noken Polri khusus anak asli Papua, standar kelulusan ini juga diharapkan bisa dipublikasikan secara luas. “Kami juga minta supaya hasil tes dipublikasikan, sekaligus dengan standar nilai kelulusan,” tambahnya.
Chris yang juga merupakan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Manokwari Selatan ini menjelaskan bahwa penerapan sistem noken yang bisa mendekati makna sebenarnya adalah semua yang nilainya mencapai harus diakomodir, hal-hal yang perlu dibijaki oleh Polri saat melakukan seleksi kepada anak-anak asli Papua adalah kurangnya kesempatan mereka menjalani proses seleksi psikolog.
“Mereka tidak sama dengan anak-anak di luar sana yang sudah tiap hari menjalani tes-tes seperti itu, jangankan mereka yang masih sangat baru, kita yang sudah biasa bersosialisasi belum tentu bisa lulus enak dalam ujian psikotes Polda,” tegasnya, bahwa anak-anak yang sedang mengikuti seleksi Bintara Noken Polri kemarin punya kerinduan untuk menjadi bagian dari anggota Polri.
Sebelumnya penerimaan Bintara Noken Polri dilaksanakan, Kapolres Manokwari Selatan AKBP Slamet Haryono Termawud, SH memberikaan sosialisasi kepada masyarakat di enam distrik di daerah itu, untuk mengikut sertakan anak mereka bersaing bersama beberapa peserta dari kabupaten lain yang ada di Papua Barat. (eap/bm)
