KLIKPAPUA,BINTUNI – Sebagai salah satu titik terparah langganan banjir, pemukiman Kampung Bina Desa, Kota Bintuni, disarankan untuk direlokasi atau dipindahkan ke tempat lain.
Saat ditemui di Bintuni beberapa waktu lalu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Teluk Bintuni, Melianus Naa, menyesalkan warga Kampung Bina Desa sudah terlebih dahulu mendirikan bangunan -bangunan rumah mewah, tanpa mempertimbangkan dampak bencana di daerah tersebut.
“Bina Desa ini, saya rasa sangat menyesal, orang sudah bangun rumah mewah semua, alangkah bagusnya pemukiman ini harus pindah, menurut saya. Dicarikan lokasi pemerintah lalu dipindahkan, tapi kalau tetap begini, kapan saja akan kena banjir,” kata Melianus.
Pasalnya lokasi pemukiman Bina Desa tersebut terletak di lembah yang dikelilingi barisan bukit dan berada dibibir sungai Tubi yang merupakan sungai atau kali tawar terbesar di wilayah Kota Bintuni.
“Waktu dulu saya di Polisi Hutan, daerah ini (Bina Desa) saya sudah pernah buat larangan untuk tidak menebang kayu besar sampai di atas (wilayah hulu sungai kali Tubi), tapi ya begitu kayu -kayu besar di pinggir sungai tetap ditebang kasih habis, jadi perkiraan saya, 5- 10 tahun kita kena dampak, dan sekarang buktinya, wilayah Bina Desa jadi langganan banjir,” kata Melianus yang pernah bertugas sebagai polisi hutan (Polhut) di Bintuni.
Sementara itu untuk wilayah Steenkol, Distrik Mayado, dan Tembuni, ia menyarankan untuk menormalisasikan sungai -sungai yang melintas dan menyebabkan banjir di wilayah tersebut.
“Kalau di Steenkol dan Tembuni itu banjir tahunan. Kalau banjir yang terjadi beberapa waktu lalu di Steenkol itu memang ada hujan berapa hari,” katanya.
Menurut kepala BPBD Teluk Bintuni banjir di wilayah dua distrik tersebut itu akibat dari pembukaan lahan di wilayah pegunungan. Sehingga berimbas ke wilayah pemukiman yang ada di daerah rendah.
“Bisa juga akibat dari pembukaan lahan sawit tapi saya belum selidiki baik -baik, karena saya cuma lihat di kampung saja, bisa akibat dari penebangan pembukaan kelapa sawit dan lainnya, sehingga lahan longgar (gundul) sehingga menyebabkan banjir,” pungkasnya. (at)