Bupati Kasihiw: Bintuni Selain Miliki Gas Bumi yang Melimpah, Juga Punya Tanaman Mangrove Terluas

0
Konferensi Internasional UNIPA ke II yang digelar di Gedung Serbaguna Kalikodok, Rabu (18/10/2023).
BINTUNI,KLIKPAPUA.com–Dilaksanakan di Teluk Bintuni Konferensi Internasional Universitas Negeri Papua ke II yang digelar di Gedung Serbaguna Kalikodok, Rabu (18/10/2023) kali ini mengangkat potensi mangrove Teluk Bintuni.
Bupati Teluk Bintuni Petrus Kasihiw dalam kesempatan tersebut, memaparkan sejumlah fungsi tanaman Mangrove dari segi ekologi, sosial, kelembagaan dan ekonomi kemasyarakatan.
Konferensi internasional yang mengusung tema “Sumber Daya Alam, lingkungan dan pariwisata berkelanjutan : Bagaimana mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan tahun 2030” ini juga diikuti secara daring oleh sejumlah peserta dan narasumber dari berbagai Negara seperti Australia, Jerman dan Belanda.
Dalam pemaparannya Bupati Petrus Kasihiw mengatakan, meskipun Bintuni memiliki hasil sumber daya alam gas bumi yang saat ini jumlahnya melimpah, namun sumber daya alam tanaman mangrove juga memiliki potensi besar jika dikelola dengan baik, selain menghasilkan PAD juga dapat menghidupi anak cucu kedepan.
Oleh karena itu, melalui konferensi ini ia berharap ada ide-ide cemerlang dari peserta maupun narasumber untuk dapat dijadikan acuan pengambilan kebijakan pengelolaan potensi mangrove di Bintuni.
Hal ini karena, meskipun saat ini potensi mangrove di Teluk Bintuni sangat besar, namun di sisi lain ada ancaman degradasi mangrove yang disebabkan oleh eksploitasi dan ancaman alam lainnya.
Semakin hari tekanan kawasan mangrove semakin besar terutama oleh tantangan pembangunan oleh manusia, sehingga ada kontaminasi dan hilangnya habitat penting, dan hal ini terjadi di Teluk Bintuni.
“Hutan mangrove terluas di Indonesia ada di Teluk Bintuni, dan menyimpan 14,19 miliar ton karbon, dari peran sosial ekonomi mangrove mendukung sumber kehidupan manusia,” ujar Bupati.
Dikatakan Bupati, di Teluk Bintuni saat ini ada 5 suku besar masyarakat adat yang hidupnya bergantung dari mangrove, mulai dari hasil ikan, udang, kepiting dan juga kayu sendiri.
“Pengelolaan mangrove ini membutuhkan perhatian kita semua, dengan Konferensi Internasional Mangrove kali ini di Bintuni akan ada masukan-masukan yang berarti,” ujar Kasihiw.
Sementara itu, Ketua Panitia Kegiatan Konferensi Dr Ir Paulus Boli M.Si mengatakan Konferensi Sumber Daya Alam ke 2 ini mengusung tema mangrove karena Teluk Bintuni memiliki potensi mangrove yang luas, sehingga diharapkan ada ide cemerlang yang dapat diaplikasikan di Bintuni.
“Ide Bupati untuk menjadikan Teluk Bintuni sebagai pusat mangrove Indonesia sangat bagus, karena di Bintuni sendiri memiliki lebih dari 50 sepsies mangrove dan 60 jenis ikan dan udang dibanding di daerah lain,” katanya.
Paulus juga mengatakan, tak hanya dari segi ekologi, sosial dan kelembagaan mangrove juga dapat menjadi sumber perekonomian masyarakat jika dikelola dengan baik seperti mengembangkan ekowisata mangrove.
Sejauh ini UNIPA dan Pemda Teluk Bintuni telah bekerjasama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan. (dr)

Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.