Dinkes Papua Barat Cek Malaria di Tambrauw

0
Petugas Dinas Kesehatan Papua Barat melaksanakan pengecekkan malaria langsung ke kampung di Kabupaten Tambrauw.

TAMBRAUW,KLIKPAPUA.COM – Pemerintah Provinsi Papua Barat melalui Dinas Kesehatan Papua Barat melaksanakan pengecekkan malaria langsung di kampung.

Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat melakukan pengambilan sampel di dua kampung yakni Kampung Werur Distrik Bikar dan Kampung Jokte Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw.

Billy G. Makamur, Pengelola Program Malaria Dinkes Papua Barat, mengatakan, lewat hasil kegiatan yang dilakukan di dua kampung di Kabupaten Tambrauw, 99 persen sudah bebas dari malaria, dan hanya satu orang yang positif.

“Dari hasil pemeriksaan kami di kampung Wairur 105 orang dimana hasilnya semua negatif dan Jokte 90 orang menjadi sampel, namun satu di antaranya positif malaria tersiana,” ujar, akhir pekan lalu.

Lanjut Billy, dari sampel yang dilakukan, maka pihaknya menilai bahwa saat ini warga di Kampung Wairur sudah mulai peduli, sehingga mereka benar-benar menerapkan cara hidup sehat, namun Jokte belum sama sekali.

“Di Jokte kita melakukan pemeriksaan, namun ternyata warga Jokte yang positif malaria tadi, dia sudah pernah menderita penyaki malaria satu bulan sebelumnya, sehingga kami lihat ini adalah kasus kekambuhan bukan penularan malaria di lingkungan setempat,” tuturnya.

Kalau mau dilihat, ujar dia, kader Kampung Wairur sudah mulai aktif untuk memantau kondisi kesehatan masyarakatnya, dan di Jokte memang belum sama sekali mereka (kader) turut ambil bagian dalam mensikapi kasus kasus ini.

“Karena Tambrauw adalah salah satu wilayah yang jumlah kasus malarianya cukup tinggi di Papua Barat, maka kami kedepannya akan melakukan pembinaan kader dari kampung- kampung yang jauh dari akses kesehatan, sehingga mereka bisa aktif membahas kesehatan masyarakat di sekelilingnya,” ucap Billy.

Harapan dia, kedepannya kader- kader yang ada di kampung, bisa aktif untuk memperhatikan lingkungannya, sehingga sarang-sarang nyamuk sudah harus diatasi lebih dini sebelum menimbulkan masalah malaria di wilayahnya.

Sementara itu, Yusuf Yeblo, Kepala Kampung Jokte, Distrik Sausapor, menambahkan, lewat temuan kasus malaria yang dialami oleh salah satu dari warganya itu, maka pihaknya mengharapkan pemerintah daerah agar harus jeli dalam melihat kasus-kasus semacam ini.

“Dengan cara turun langsung di kampung-kampung, maka masyarakat kami lebih merasa masih ada pelayanan dari pemerintah, saya selaku kepala kampung juga merasa sangat senang,” tuturnya.

“Kita di sini memang sangat jauh dari Puskesmas, sehingga kami juga sangat sulit untuk dilayani oleh medis,” tambah Yusuf.

Lewat kesempatan itu, kata dia, pemerintah provinsi bisa langsung melihat kondisi sebenarnya di pelosok seperti di Jokte ini. “Meskipun kami dekat dengan ibukota kabupaten, tapi jujur kami kurang dikunjungi oleh pihak medis untuk mengecek kesehatan kita,” ucapnya.

Selama ini, ujar Kepala Kampung Jokte, petugas medis hanya datang untuk timbang bayi, tidak pernah turun untuk mengecek keluhan kesehatan masyarakat.

Tidak hanya itu, Baslik Mayor, Warga Kampung Werur, Distrik Bikar, Kabupaten Tambrauw, mengatakan, kendala warga dari Distrik ke Ibukota Kabupaten Tambrauw yang paling utama adalah akses sarana transportasi.

“Kalau kami di Distrik Bikar, masih agakendingan untuk mengakses pelayanan kesehatan (puskesmas), namun ada beberapa distrik setelah kita, untuk menjangkau Puskesmas Sausapor memang sangat susah,” ujar Baslik.

Kata dia, sebab mereka harus menempuh jarak kurang lebih 10 kilo meter, agar mendapat pelayanan kesehatan. “Untuk jalan ke puskesmas yang jaraknya sudah jauh, namun jalannya juga belum jadi jadi sehingga sering pasien (masyarakat) belum dilayani, dia sudah meninggal lebih dulu,” ungkap Baslik.

Kemudian, ujar dia, pihaknya melihat untuk fasilitas di Puskesmas Sausapor sendiri, hingg saat ini belum memadai, mulai dari pelayanan, obat dan lainnya.

“Fasilitasnya serba kekurangan, membuat pelayanan kepada masyarakat sering di rujuk ke Kabupaten Sorong, itupun kami harus menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam dari Tambrauw,” ucapnya.

Sehingga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, ucap Baslik, masyarakat harus bertaruh nyawa di perjalanan dari kampung kampung ke puskesmas, dan dari puskesmas ke Kabupaten Sorong.

Harapan dia, pemerintah harus segera meningkatkan setiap akses kesehatan mulai dari jalan, dan setiap pelayanan sehingga nyawa manusia Indonesia di pedalaman harus tertolong dengan waktu yang singkat. (rls/bm)

 





Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.