
PEGAF,KLIKPAPUA.com– Warga Kampung Mitiede, Distrik Minyambouw, Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf), mempertanyakan realisasi bantuan yang dijanjikan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat pasca bencana longsor yang terjadi pada 26 Juni 2024.
“Sampai sekarang ini, pemerintah belum menjawab satu pun dari janji yang telah disampaikan. Pemprov Papua Barat menjanjikan bantuan Rp1 miliar, sementara Ketua DPR Papua Barat menjanjikan Rp100 juta, tapi sampai saat ini belum ada realisasi,” ujar Sepina Ayok, salah seorang korban longsor, kepada Ketua DPR Papua Barat, Orgenes Wonggor, saat kunjungan kerja ke Distrik Minyambouw, Selasa (18/1/2025).
Menurut Sepina, warga yang terdampak longsor hingga kini masih mengalami kesulitan karena rumah mereka rusak dan akses jalan belum diperbaiki.
“Sampai detik ini, bantuan itu belum sampai ke tangan kami. Kalau ada pejabat datang ke lokasi longsor tanpa membawa solusi, kami pasti marah. Kami akan palang jalan karena pemerintah seolah buta dan tidak melihat penderitaan masyarakat kecil,” ujar Sepina dengan nada kesal.
Bencana longsor di Kampung Mitiede tidak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga merusak sejumlah rumah warga serta infrastruktur, termasuk jalan dan jembatan yang menjadi akses utama.
Edi Dowansiba, warga lain yang juga menjadi korban longsor, mempertanyakan komitmen Pemprov Papua Barat terkait bantuan yang dijanjikan sejak 2024.
“Warga berharap pemerintah segera membantu memperbaiki ruas jalan, membangun talud pengamanan di sungai dan lereng bukit, agar kami bisa kembali ke kampung dan membangun rumah lagi,” kata Edi.
Ia menambahkan, hingga kini sebagian warga korban longsor masih terpaksa menumpang di rumah keluarga karena rumah mereka belum bisa ditempati.
“Anak-anak yang bersekolah juga harus berjalan kaki cukup jauh. Jalan yang rusak ini bahkan sudah menyebabkan beberapa warga jatuh dari motor,” imbuhnya.
Sepina Ayok berharap agar Pemkab Pegaf dan Pemprov Papua Barat segera merealisasikan normalisasi sungai serta pembangunan talud di lokasi longsor.
“Kami ingin pemerintah datang melihat langsung kondisi kami. Jalan harus diperbaiki, rumah warga yang rusak harus dibangun kembali, dan talud harus dibuat untuk mencegah longsor susulan,” tegas Sepina sambil menunjukkan lokasi rumahnya dan rumah warga lain yang terdampak bencana.
Selain warga terdampak, kondisi jalan yang rusak akibat longsor juga dikeluhkan oleh para pengendara kendaraan bermotor yang melintas di Kampung Mitiede. Mereka berharap agar infrastruktur segera diperbaiki demi keamanan pengguna jalan.
“Kalau hujan, kondisi jalan di sini sangat berbahaya. Sudah ada teman kami yang jatuh akibat jalan rusak. Membawa material atau melintas dengan kendaraan kosong pun sangat sulit,” kata Dani, seorang sopir dump truck.
Warga Mitiede berharap agar pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk memperbaiki kondisi kampung mereka sebelum situasi semakin memburuk. (red)