Dinkes Mansel Gelar Workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko

0
Pelatihan workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko kepada Petugas Kesehatan dari empat puskesmas di Gedung Serbaguna Gereja Solafide, Ransiki, Senin (30/11/2020). (Foto: Andi/klikpapua)
MANSEL,KLIKPAPUA.com–Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari Selatan menggelar pelatihan workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko kepada Petugas Kesehatan dari empat puskesmas di Gedung Serbaguna Gereja Solafide, Ransiki, Senin (30/11/2020).
Penanggung jawab kegiatan Workshop Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari Selatan, dr. Megi Debora saat ditemui disela-sela kegiatan mengatakan, kegiatan akreditasi Puskesmas merupakan program Kementerian Kesehatan RI untuk peningkatan mutu pelayanan di Puskesmas dan berlaku diseluruh Indonesia.
Dijelaskan bahwa akreditasi bukan merupakan satu lomba, tetapi suatu program dari Kemenkes yang bertujuan untuk pelayanan kesehatan terstandar.
Dalam akreditasi dikenal dengan Standar Operasional Prosedur (SOP),sehingga setiap kegiatan yang  dilakukan di ppuskesmas harus berdasarkan SOP. “SOP ini tentu disesuaikan dengan kondisi di daerah dengan mengkolaborasi standar baku dari kementerian dengan situasi di daerah masing-masing,” tuturnya.
Lanjut dr. Megi Debora mengatakan, awalnya Manokwari Selatan hanya memiliki empat puskesmas, yakni Puskesmas Oransbari, Ransiki, Momiwaren dan Puskermas Dataran Isim. Namun pada tahun 2019 pihaknya berhasil meregistrasi dua puskesmas lagi yaitu Puskesmas Neney dan Tahota.
Sebelumnya, Puskesmas Tahota dan Neney sudah melakukan kegiatan operasional seperti puskesmas lain, tetapi baru diregistrasi di pusat tahun 2019, setelah nomor registrasi Puskesmas Neney dan Tahota keluar, maka sejak tahun 2019 Manokwari Selatan sudah memiliki 6 puskesmas dan dua pustu. “Puskesmas Neney dan Tahota sudah dipersiapkan untuk dilakukan akreditasi. rencananya tahun depan masuk di survei,” katanya.
Dikatakan, pada tahun 2016 gencar-gencarnya kegiatan akreditasi puskesmas di Papua Barat, dan Puskesmas Oransbari merupakan pertama kalinya diakreditasi dengan hasil memuaskan, dimana pada saat itu mendapatkan peringkat madya dan itu merupakan kebanggaan tersendiri sebagai kabupaten baru. “Nah, pada tahun 2017 seluruh puskesmas di Mansel semua telah diakreditasi dan kami mendapat penghargaan dari Gubernur dan Kemenkes, karena pada saat itu puskemas baru empat unit,” tuturnya.
Seharusnya menurut dr. Megi Debora, Puskesmas Oransbari sudah dilakukan reakreditasi pada tahun 2019 lalu, karena dilakukan tiga kali dalam setahun, tetapi ada beberapa kendala, sehingga tidak di akreditasi. “Tahun ini sebenarnya 3 puskesmas di lakukan reakreditasi yaitu Puskesmas Ransiki, Momiwaren dan Isim untuk dilakukan akreditasi kembali, tetapi karena masa pandemi sehingga beberapa tahapan akreditasi tidak bisa dilaksanakan,” ujarnya.
dr.Viktor Eka Nugraha Putra, M.Kes saat memberikan materi mengatakan, untuk pelayanan peningkatan mutu dan keselamatan pasien perlunya leadership komitmen. “Komitmen dari pada pemimpin puskesmas dalam hal ini kepala puskesmas, dan tidak semata-mata kepala puskesmas, namun perlu dukungan dari pada penanggung jawab mutu, koordinator pokja, begitu pula dengan dukungan semua leader,” kata dr.Eka
Menutut dr.Eka, standar pelayanan puskesmas di Mansel harus sama dengan pelayanan puskesmas di tempat lain. “Indikator harus dilihat, supaya dapat mengukur dan memonitor target, dan perlu juga puskesmas membuat standar SOP untuk mengendalikan dan memonitoring serta memelihara standar operasional prosedur dengan menerapkan lima R seperti Ringkas, Rapih, Resik, Rawat dan Rajin,” tutupnya.(eap)

Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.