KAHMI dan ASPATER Menduga Ada Mafia Sektor Perunggasan di Manokwari

0
Direktur LKPE MD KAHMI Manokwari Sumarno, S.Pt., MP
MANOKWARI,KLIKPAPUA.com–Lembaga Kajian dan Pengembangan Ekonomi (LKPE) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Majelis Daerah Manokwari dan Asosiasi peternak ayam petelur Manokwari (ASPATER) menduga adanya indikasi kartel atau mafia perunggasan di Kabupaten Manokwari bahkan di Papua Barat. Hal ini diungkapkan Direktur LKPE MD KAHMI Manokwari Sumarno, S.Pt., MP mengamati dinamika harga produk perunggasan di sektor Hulu (Pakan) maupun sektor Hilir (Telur dan daging).
“Kita di daerah saya rasa sangat sulit untuk menuju kemandirian pangan khususnya pangan hewani, jika seluruh input perunggasan kita masih terus bergantung dari luar Papua,” ujarnya.
Menurutnya, dinamika “permainan” stok dan harga telur dalam 3 bulan terakhir sangat fluktutif, dari pantauan di pasar tradisional dan juga pasar retail dalam 2 bulan lalu, stok telur luar daerah sempat mengalami kekosongan cukup lama, hampir 1 bulan. Sehingga telur lokal mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu bertengger di angka 70-75 ribu/rak atau sekitar 400 – 420 ribu/ikat. Kondisi ini seolah-seolah memberikan angin segar kepada peternak lokal dan juga “memukul” psikologis konsumen lokal terhadap produk telur lokal.
Kondisi tingkat kemahalan harga telur dibuat agak lama dan dibuat seolah-olah alami/lumrah atau biasa, karena faktor keterlambatan masuknya kontainer dari luar daerah. “Jurus permainan sebenarnya dimulai sejak 4 bulan lalu, dimulai dari dengan menurunkan harga DOC (Day Old Chick) anak ayam umur sehari/bibit ayam petelur, yang dijual dengan harga hanya 1.300.000/box/100 ekor yang biasanya diharga normal berkisar antara 2.300.000-2.500.000/box,” katanya.
Hal ini memotivasi para peternak pemula khususnya peternak ayam petelur untuk memulai usaha yang dianggap menjanjikan ini, dengan munculnya para peternak baru yang menggeluti usaha perunggasan ini. Dari data asosiasi peternak ayam petelur Manokwari, kenaikan jumlah penambahan peternak baru ayam petelur sejak akhir tahun 2021 sebanyak 10 peternak dengan jumlah populasi/jumlah ayam yang dipelihara bervariasi antara 200 ekor sampai dengan 1.000 ekor.
“Dari laporan sesama anggota asosiasi disekitar lokasi usahanya, telah muncul beberapa peternak ayam petelur, tercatat sekitar 10 orang, tersebar di wilayah kota hingga wilayah sp, itu belum termasuk dengan peternak yang merupakan binaan dinas peternakan provinsi,” terang Farid Maulana Wakil Ketua Asosiasi Peternak Ayam Petelur Manokwari.
Terkait harga pakan ayam petelur yang terus mengalami kenaikan dari waktu ke waktu,  pihaknya sampai saat ini belum mampu menyimpulkan letak pemasalahannya, karena terbatasnya informasi harga yang dikeluarkan oleh pihak pabrik di Makassar ataupun di Surabaya.
Harga pakan ayam petelur saat ini berkisar antara Rp. 405.000 – 420.000/sak dan informasinya akan naik lagi pada minggu depan. Sedangkan harga telur lokal saat ini Rp. 60.000 – 65.000/rak atau  370.000 – 390.000/ikat. Harga telur lokal berpotensi akan menurun karena “terpukul” oleh telur luar daerah yang saat ini dijual diangka 55.000 – 56.000/rak atau 320.000 – 350.000/ikat. “Jika kondisinya seperti ini terus, dipastikan seluruh peternak ayam petelur di Manokwari bahkan di Papua Barat akan gulung tikar alias bangkrut,” tegas Sumarno.
Menyayangkan sikap regulator
KAHMI dan ASPATER sangat menyayangkan sikap regulator dalam hal ini pemerintah daerah (Dinas Perdagangan Provinsi, Dinas Peternakan Provinsi, Bagian Perekonomian Daerah, Satgas Pangan Polda Papua Barat) yang dinilai kurang responsif terkait hal ini.
“Sebenarnya kita sangat mendukung harapan pemerintah daerah menuju kemandirian pangan daerah, tetapi kalau kondisi seperti ini dibiarkan, yah saya kira mustahil,” ujar Sumarno melalui press release.
Hal senada juga disampaikan Farid Maulana, yang menjelaskan sebenarnya kondisi ini pernah terjadi di pertengahan tahun 2021 lalu, tetapi karena mungkin para peternak lokal masih banyak bertahan atau tetap eksis, sehingga dicoba lagi diawal tahun 2022 ini. “Tahun lalu pernah, dipertengahan tahun, kondisi seperti ini, persis,” ujarnya.
Pada kondisi tahun lalu, Farid menjelaskan bahwa pihak ASPATER telah mengkoordinasikan dengan para pihak terkait, ada rencana rapat koordinasi dengan para stakholder perunggasan di Manokwari, tetapi tidak kunjung terrealiasi, sampai peternak memilih bertahan dan diam sampai saat ini.
Beberapa pihak telah berupaya mengumpulkan informasi dari para peternak lokal, namun tindaklanjut dan hasil akhirnya yang tidak terkonfirmasi ke ASPATER.
KAHMI dan ASPATER berharap stakholder terkait yang sangat berkepentingan dengan permasalahan ini dapat memfasilitasi rapat koordinasi untuk mencari solusinya, jika benar-benar pemda ingin menuju kemandirian daerah.(rls)

Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.