MANOKWARI,KLIKPAPUA.com- Dewan Perwakilan Rakyat Papua Barat (DPRPB) akan memanggil Dinas Pendidikan dan pihak SMA Taruna Nusantara untuk menggelar rapat dengar pendapat (hearing).
Langkah ini diambil menyusul keluhan sejumlah orang tua calon siswa yang anaknya tidak lulus dalam seleksi masuk sekolah tersebut.
Wakil Ketua DPRPB, Syamsuddin Seknun, menyampaikan bahwa agenda hearing direncanakan berlangsung dalam waktu dekat untuk membahas berbagai persoalan terkait proses seleksi, termasuk soal transparansi dan daya tampung sekolah.
“Kami sudah sepakat, DPR Papua Barat akan memanggil pihak sekolah dan Dinas Pendidikan untuk hearing. Ini penting karena menyangkut masa depan anak-anak Papua,” ujar Syamsuddin usai menerima perwakilan orang tua calon siswa, Rabu (28/5/2025).
Sedikitnya empat orang tua dari sembilan calon siswa yang tidak lulus seleksi datang menyampaikan aspirasi mereka ke DPRPB.
Mereka menilai proses seleksi kurang transparan dan kecewa karena anak-anak mereka dinyatakan tidak diterima pada tahap akhir, bukan karena nilai akademik, melainkan alasan keterbatasan daya tampung asrama.
“Kalau masalah akademik kami bisa terima. Tapi kami baru diberi tahu di akhir bahwa anak-anak kami tidak lulus karena keterbatasan ruangan. Itu yang membuat kami kecewa,” kata Valen Taribaba, salah satu perwakilan orang tua.
Ia mengungkapkan bahwa pihak sekolah menyarankan mereka menyampaikan persoalan ini ke Gubernur, DPRPB, dan Majelis Rakyat Papua Barat (MRPB), sehingga mereka berharap ada upaya dari DPRPB untuk mencarikan solusi.
Syamsuddin menambahkan, dalam hearing nanti pihaknya juga akan meminta klarifikasi terkait mekanisme pembagian kuota penerimaan dari masing-masing kabupaten di Papua Barat.
“Kami ingin tahu apakah kuota itu dibagi berdasarkan jumlah penduduk atau kriteria lain. Ini perlu dijelaskan agar tidak menimbulkan kecurigaan atau kesan diskriminasi,” katanya.
Menurutnya, kehadiran SMA Taruna Nusantara di Papua Barat seharusnya memberikan afirmasi dan akses yang lebih besar kepada anak-anak asli Papua untuk mengenyam pendidikan berkualitas.
“Kalau mimpi mereka terhalang hanya karena ruangan, mari kita cari solusinya bersama. Kalau kita ikhlas, pasti bisa membangun pendidikan yang adil di negeri ini,” pungkasnya. (red)