MANOKWARI,KLIKPAPUA.COM– Media harus menjaga netralitas. Apalagi akan memasuki tahun politik 2020. Media harus memberikan ruang kepada semua pihak. Demikian kata Bupati Manokwari, Demas Paulus Mandacan sebelum melauncing media Kasuari Pos (tabloid mingguan) dan kasuarinew.com (online), Sabtu (6/10) di Reremi Puncak, Manokwari.
Dikatakan Demas, netralitas penting, karena apabila tidak netral, media tersebut akan dipojokkan oleh publik. “Ah media ini orang ini punya, jadi pasti arahnya seperti ini. Nah, ini harus dijaga. Apalagi jurnalis harus menjaga kode etik,” jelasnya.
Lanjut Demas mengatakan, apabila berita ingin disampaikan ke publik, dapat menjaga keberimbangan berita, dengan memberikan ruang kepada pihak yang terkait. “Jangan satu pihak saja, agar informasi itu jangan bias. Yang dapat menimbulkan masalah,” katanya.
Demas berharap media tersebut benar-benar menjadi media publik yang diharapkan kehadirannya, sehingga dapat hidup kembali dan bisa menjangkau semua kabupaten/kota di Papua Barat.
Dalam kesempatan itu, Demas berterima kasih ke semua media, karena banyak hal yang tidak diketahui di lapangan, dapat diperoleh melalui media. “Media sangat penting. Sangat penting sekali untuk mengangkat suatu perubahan bagi pembangunan di Papua Barat ini,” tekan Demas.
Sebagai penanggungjawab media tersebut, Jo Kelwulan mengatakan, saat raker PDI-P di Manokwari, dirinya diminta oleh Bupati Manokwari Selatan, Markus Waran untuk menjalankan media yang telah berganti owner itu.
Ketua PWI Papua Barat, Bustam dalam sambutannya, mengatakan, meskipun pemodalnya disokong oleh salah satu pemimpin partai, media tersebut harus tetap menjaga independensi. Dapur redaksi harus terbebas dari intervensi pemodal.
“Dan saya percaya, tim redaksi di media ini akan menjaga itu. Apalagi pemrednya punya kualitas jurnalistik yang baik. Saya percaya tim ini dapat menghadirkan warna baru dalam dunia jurnalistik di Papua Barat,” jelasnya.
Bustam juga mengaku senang karena bisa hadir di launcing media ini, yang menurutnya merupakan acara langkah di Manokwari, dan umumnya di Papua Barat. “Kenapa langkah, karena peluncuran media nyaris tak terdengar, setidaknya dalam beberapa tahun terakhir. Apalagi media cetak, media yang bisa di raba. Di tengah senjakala media cetak yang ditandai dengan tergurusnya koran, majalah dan tabloid oleh media online,” katanya.
Menurutnya, sesuai data Dewan Pers, keseluruhan terdapat sekitar 47 ribu media, yang 44.300 di antaranya media online dan sisanya adalah media cetak, televisi dan radio.
“Namun saya percaya media ini akan mendapat pasar tersendiri. Apalagi ada onlinenya juga. Tapi saya tidak optimis era kejayaan media cetak akan kembali,” tandasnya. (bm)