KAIMANA,KLIKPAPUA.COM- Selain terkenal dengan sebutan kota senja indah, Kabupaten Kaimana juga sering dijuluki sebagai kota pisang. Julukan kota pisang ini cukup pantas disematkan, karena potensi pisang di Kaimana sangat menjanjikan. Selain cocok dengan struktur tanah, pengembangan pisang juga cocok dengan karakteristik masyarakat.
Pisang asal Kaimana menguasai pasar Timika dan menjadi produk yang paling disukai konsumen. Tiap bulan, pasokan pisang Kaimana ke wilayah Timika mencapai kurang lebih 300 ton dari beberapa pengumpul. Namun ratusan ton yang dipasok setiap bulan ini, ternyata belum menjangkau semua kebutuhan masyarakat Timika.
Pengumpul sekaligus distributor pisang Kaimana, Anton Namsau saat ditemui di Pelabuhan Kaimana belum lama ini, mengakui, pasokan pisang Kaimana ke Timika masih minim dibanding dengan tingginya permintaan. Pisang yang didistribusi lanjutnya, selalu habis terjual di pasar dan belum masuk sampai ke area perusahaan Freeport.
“Kita kalah di persediaan, karena di Timika itu permintaan akan pisang dari Kaimana itu sangat tinggi dibanding daeri daerah lain. Yang kita pasok setiap dua minggu sekali ini habis terjual di pasar, belum pernah sampai ke perusahaan. Ini yang saya bilang kita kalah di persediaan, kemampuan kita untuk menyediakan pisang sangat terbatas, sementara permintaan pasar cukup tinggi.” ungkapnya.
Dijelaskan, jenis pisang yang dipasok terdiri dari tiga jenis yakni Padawaka, Raja dan pisang Abu-Abu. Pisang dimaksud kebanyakan diolah dalam bentuk pisang goreng. Pada musim menjelang lebaran lanjutnya, permintaan tertinggi biasanya pada jenis pisang raja, untuk kebutuhan es pisang hijau.
“Saya pernah pantau langsung ke lapangan, disana orang yang mau beli itu selalu bilang pisang Kaimana boleh. Ini yang membuat pisang Kaimana sangat potensial. Setiap kali pasok itu ada tiga jenis yaitu padawaka, raja dan abu-abu. Larisnya itu untuk pisang goreng, tapi saat bulan puasa biasanya yang paling banyak diminta itu pisang raja,” terang Anton.
Ditanya tentang harga beli dan harga jual, serta daerah pemasok pisang di Kaimana, Anton Namsau jelaskan, untuk saat ini, jangkauan terjauh untuk pembelian pisang hanya sampai di wilayah Distrik Arguni. Sementara harga beli dari masyarakat berkisar Rp.35.000 hingga Rp.40.000 per tandan dan biaya pengiriman ke Timika berkisar Rp.5000 per tandan jika menggunakan kapal perintis, sedangkan kapal Pelni menggunakan sistim kubikasi.
“Untuk saat ini, paling jauh itu kita ambil dari beberapa kampung terdekat di Arguni. Kita beli dengan harga 35 ribu sampai 40 ribu per tandan, lalu kita over ke penadah dengan harga lebih tinggi 5000 per tandan dengan perhitungan biaya distribusi dari kebun ke pelabuhan. Tapi di Timika harganya 65 ribu sampai 70 ribu per tandan,” ungkap Anton.
Disinggung tentang cara pengambilan pisang dari masyarakat, Anton jelaskan, saat ini menggunakan sistim ambil dan bayar di tempat. “Sekarang kami ubah sistim dengan cara pergi potong sendiri di kebun, karena kami juga memperkerjakan beberapa karyawan. Pemilik tinggal pantau dan terima uang,” ujarnya.
Menutup keterangannya, Anton mengatakan, agar potensi pisang ini memberikan manfaat besar bagi masyarakat, pengelolaannya harus dilakukan secara teratur dengan sistim koperasi. “Ini peluang besar bagi masyarakat dan program pemerintah untuk mengembangkan pisang setiap tahun memang sangat tepat,” pungkasnya.(iw)