JAKARTA,KLIKPAPUA.com- Sejarah mencatat bahwa Papua, dulunya bernama Irian Barat, pernah memiliki mata uangnya sendiri. Rupiah Irian Barat, begitulah namanya, menjadi alat pembayaran yang sah di wilayah tersebut dari tahun 1963 hingga 1973.
Mata uang ini hadir untuk menggantikan Nederlandsche Nieuw Guinea Gulden, mata uang peninggalan penjajahan Belanda. Uang kertasnya tersedia dalam nominal Rp 1, Rp 5, Rp 10, dan Rp 100.
Kepala Divisi Museum BI, Bapak Hary Nugroho saat menyambut wartawan menjelaskan, Museum Bank Indonesia (MUBI) berbeda dengan museum-museum lain, museum BI adalah kanal komunikasi daripada kebijakan dan sejarah Bank Indonesia.
Museum BI terbagi menjadi tiga klaster yakni klaster kebijakan BI dari mulai awal berdiri hingga saat ini, klaster koleksi uang bersejarah mulai dari zaman de javasche bank hingga saat ini salah satunya uang rupiah irian barat dan klaster arsitek bangunan museum BI.
“Ternyata Papua dulu punya mata uang sendiri, uang rupiah irian barat atau IRB,” ucapnya.
Nia, salah seorang Pemandu Museum BI menjelaskan kepada Wartawan asal Papua Barat dan Papua Barat Daya bahwa di museum yang megah itu terdapat uang irian barat yang masih tersimpan rapi menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Papua dan Indonesia.
Meskipun Rupiah Irian Barat hanya berlaku sekitar selama 10 tahun, keberadaannya menjadi bukti nyata sejarah dan identitas Papua. Kini, uang-uang ini menjadi koleksi berharga di Museum Bank Indonesia, dan dapat dilihat oleh para pengunjung yang ingin mempelajari lebih dalam tentang masa lalu Papua dan Indonesia.
Uang Irian Barat yang masih tersimpan rapi tersebut diantaranya Uang kertas pecahan Rp 100 berwarna merah emisi tahun 1960 seri Soekarno bagian depan berwarna hijau gelap bergambar Presiden Soekarno bertuliskan Irian Barat, bagian belakang berwarna merah bergambar 2 penari Bali.
Kemudian, ada uang pecahan Rp10 berwarna merah bagian depan bergambar presiden Soekarno bertuliskan irian barat, bagian belakang bergambar pria dan wanita berpakaian adat batak.
Pada uang pecahan Rp 5 bagian depan bergambar Presiden Soekarno dengan berlatar belakang pohon tebu, bagian belakang bergambar penari bali.
Uang kertas berikutnya dengan pecahan Rp 1 ini berwarna merah, bagian depan bergambar presiden Soekarno, bagian belakang bergambar penari wayang orang.
Selain itu juga ada uang logam Irian Barat pecahan 10 sen emisi tahun 1962 terbuat dari aluminium, bagian depan bergambar padi dan kapas, bagian belakang bergambar presiden Soekarno. Selain pecahan 10 sen, terdapat pecahan lain mulai dari 1 sen, 5 sen, 25 sen hingga 50 sen.
“Uang irian barat ini berbeda dengan uang-uang rupiah di daerah lain namun nilainya sama dengan uang gulden Belanda. Uang irian barat ini hanya berlaku di Papua pada masa itu,” terang Nia.
Meskipun Rupiah Irian Barat tidak lagi digunakan sebagai alat pembayaran, nilai sejarahnya tak tergantikan. Mata uang ini menjadi pengingat akan masa transisi dan perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan penuh di seluruh wilayah Indonesia.
Terlepas dari pasang surut sejarahnya, Rupiah Irian Barat tetaplah bagian tak terpisahkan dari perjalanan bangsa Indonesia. Keberadaannya di Museum Bank Indonesia menjadi warisan budaya yang patut dilestarikan dan dipelajari oleh generasi penerus. (dra)