Mama-Mama Papua Pegunungan membuka tumpukan dedaunan dan batu di atas kolam yang digunakan bakar batu pada Gerbang Natal yang dihadiri oleh Menko Polkam RI Djamari Chaniago dan Kepala BIN Muhammad Herindra di Wamena, Kabupaten Jayawijaya beberapa waktu lalu. ANTARA/Yudhi Efendi.
WAMENA – Toleransi, sebuah kata singkat yang mengandung makna mendalam untuk menggambarkan kasih orang asli Papua (OAP) dalam menata kehidupan sehari-sehari bersama warga lain di wilayah paling timur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Papua, saat ini telah terbagi menjadi enam provinsi, yakni Papua, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya.
Indahnya di Papua, OAP tidak hidup sendiri, melainkan berbaur harmonis dengan masyarakat lainnya di Nusantara yang telah hidup beranak cucu di Tanah Papua.
Kebersamaan dan rasa memiliki satu dengan lainnya bertahun-tahun terpupuk erat dalam bingkai toleransi yang kuat di daerah ini.
Dari enam provinsi di Tanah Papua, terdapat wilayah yang disebut Pegunungan Tengah Papua yang meliputi dua daerah, yakni Papua Tengah dan Papua Pegunungan. Istilah ini digunakan untuk mengidentifikasi masyarakat OAP yang hidup di dataran tinggi, dengan suhu dingin ekstrem, hingga mencapai 5 derajat Celcius.
OAP memiliki sikap toleran dan kasih yang tinggi kepada saudara-saudara se-Nusantara yang hidup di daerah ini, baik sebagai aparatur sipil negara (ASN), TNI-Polri, tenaga kesehatan, tenaga pendidikan, pedagang, dan lain-lain, termasuk pendeta atau gembala.
Di wilayah ini kurang lebih terdapat 17 denominasi gereja, tiga di antaranya merupakan gereja masyarakat asli pribumi, yakni Gereja Injili di Indonesia (GIDI), Gereja Baptis dan Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia (Kingmi).
Meskipun begitu, ketiga gereja asli masyarakat pribumi Pegunungan Tengah Papua selalu rukun dan berjalan beriringan bersama 14 denominasi gereja lainnya, termasuk dengan warga Muslim sebagai agama minoritas di daerah ini.
Natal
Perayaan Hari Raya Natal menjadi momen mewujudkan kerukunan umat beragama di Pegunungan Tengah Papua. Prajurit TNI, anggota kepolisian, baik Muslim maupun Nasrani atau pun agama lain, pada momen hari raya ini larut dalam nuansa kebersamaan memperingati kelahiran Putra Juru Selamat Umat Manusia, yakni Yesus Kristus.
Momen ini mampu menghilangkan jarak pemisah, karena yang ada hanyalah kebersamaan, kekompakan, saling menghargai satu dengan lainnya untuk sama-sama menciptakan kedamaian yang telah terwujud di daerah ini.
“OAP memiliki kasih yang begitu besar dan toleransi yang begitu tinggi,” kata Gubernur Papua Pegunungan John Tabo.
Pada perayaan Hari Raya Natal, setiap pintu rumah orang Nasrani di wilayah Pegunungan Tengah Papua maupun Papua secara umum, selalu terbuka lebar bagi siapapun untuk dikunjungi, termasuk kaum Muslim.
Keterbukaan seperti itu terjadi juga pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri, dimana pintu-pintu rumah kaum Muslim terbuka untuk menerima tamu saudara maupun kerabat, teman kerja dan lain-lain untuk saling bersilaturahmi.
“Belajarlah toleransi yang sesungguhnya di Papua,” kata Bupati Jayawijaya Atenius Murib.
Perayaan Natal telah dimulai sejak awal Desember 2025, dimana instansi pemerintah, baik provinsi maupun kabupaten, melaksanakannya penuh suka cita dengan melibatkan forum koordinasi pimpinan daerah atau forkopimda dan berbagai komponen masyarakat.
Biasanya, suasana perayaan Natal akan terus berlangsung hingga awal 2026 yang diselenggarakan oleh komunitas atau kerukunan suku, pemuda, dan masyarakat yang berada di wilayah Pegunungan Tengah Papua.
Aparat keamanan, seperti TNI, baik organik maupun nonorganik pun melaksanakan perayaan Hari Raya Natal bersama masyarakat yang berada di daerah penugasannya. Hampir sebagian besar penugasan TNI nonorganik berada di wilayah perbatasan negara maupun pedalaman Papua.
Kebersamaan yang dibangun oleh TNI maupun Polri bersama masyarakat OAP setempat merupakan bentuk nyata perhatian negara terhadap masyarakat yang berada di daerah tertinggal, terdepan dan terluar atau 3T.
“Ini menjadi bagian kemanunggalan TNI bersama masyarakat Papua dalam memperingati Hari Raya Natal,” ujar Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) RI-PNG Yonif 511/DY Letkol Inf Amar Supratman.
Pendekatan kemanusiaan dilakukan oleh TNI maupun Polri untuk membangun relasi dan komunikasi positif bersama masyarakat Papua di wilayah penugasan, sehingga dapat bersama-sama menciptakan kedamaian dan ketenteraman.
Dalam perayaan Hari Raya Natal, TNI menyalurkan berbagai bahan pokok, berupa beras, mi instan, ikan kaleng, kopi, susu dan daun teh kepada masyarakat, sehingga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan antara TNI dan rakyat.
Bahkan, dalam menyambut hari raya umat Kristiani, pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten, bekerja sama dengan aparat keamanan mengintensifkan pelayanan Cek Kesehatan Gratis atau CKG bagi masyarakat di wilayah 3T, yang merupakan program dari pemerintah pusat.
Lewat program CKG, Letkol Inf Amar Supratman berharap masyarakat Papua memiliki kesehatan yang baik dalam menyambut perayaan Natal.
CKG merupakan program prioritas nasional, dan bukan hanya menjadi tugas Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui dinas kesehatan provinsi maupun kabupaten, tetapi juga lembaga dan kementerian lain.
Natal menjadi simbol dan fondasi merajut tali persaudaraan, toleransi, dan kebersamaan bagi seluruh lembaga pemerintah dan swasta, elemen masyarakat, baik itu tokoh agama, adat, pemuda, maupun perempuan di wilayah Pegunungan Tengah Papua.
Perdamaian merupakan kunci utama dalam peringatan Hari Raya Natal di seluruh Tanah Papua, terlebih khusus di wilayah Papua Pegunungan dan Papua Tengah. Percepatan pembangunan bisa berjalan di tengah kedamaian.
Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan berharap seluruh masyarakat di daerah itu untuk terus memelihara dan menjaga kedamaian, terutama di momen perayaan Natal. (ANTARA)