FAKFAK,KLIKPAPUA.com — Pemerintah Provinsi Papua Barat bekerja sama dengan Global Green Growth Institute (GGGI) menyelenggarakan Pelatihan Pengembangan Kapasitas dengan tema “Inkubasi Bisnis Komoditas Pala di Papua Barat”.
Pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari pelatihan sebelumnya tentang cara membangun bisnis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang menguntungkan.
Kegiatan yang berlangsung pada 28 Februari hingga 1 Maret 2023 di Hotel Grand Papua, Fakfak, dihadiri oleh 25 peserta dari Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) di Kabupaten Fakfak.
Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai pengembangan bisnis sirup pala, pengenalan pasar, dan akses pendanaan.
Salah satu cara pengelolaan produksi dalam kawasan hutan yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mengurangi laju deforestasi adalah dengan memanfaatkan hutan untuk HHBK. Hal ini dapat dilakukan melalui multiusaha kehutanan, yang meliputi usaha pemanfaatan kawasan, usaha pemanfaatan HHBK, dan usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan, dengan tujuan untuk mengoptimalkan potensi kawasan hutan sebagai hutan lindung dan hutan produksi.
Thaib Wasaraka S.E., M.M., Plt. Kepala KPHP Unit XVI Fakfak, mewakili Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat mengapresiasi kegiatan pelatihan yang didukung oleh GGGI dan Kaya.ID.
Menurutnya, “Pelatihan ini merupakan salah satu cara untuk mengembangkan bisnis pala sebagai komoditas unggulan Papua Barat. Kami berharap para peserta dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan baik dengan bertanya sebanyak-banyaknya pada para pelatih. Semoga industri pala bisa berkembang dan menghasilkan produk turunan lain selain sirup,” jelasnya.
Kabupaten Fakfak adalah salah satu produsen terbesar pala Papua Barat dengan perkebunan pala di 15 dari 17 kecamatan yang ada. Namun, produksi buah pala di Kabupaten Fakfak masih perlu ditingkatkan, mengingat potensi pala di Kabupaten Fakfak yang sesungguhnya sangat besar, tidak hanya secara produksi tapi juga strategi pemasaran dan distribusi. Selama mengikuti pelatihan ini, para peserta dapat mempelajari berbagai materi mulai dari pengembangan usaha sirup pala, pengembangan produk, strategi pasar, akses pendanaan serta berbagai materi lainnya.
Knowledge and Capacity Development Specialist GGGI Indonesia, Paulus Tallulembang, menekankan peran pengusaha lokal di kegiatan ini. “Saya senang melihat dampak berbagai sesi terhadap motivasi para peserta. Terutama sesi Link and Match dan sesi talk show dengan Ibu Mariani, pengusaha lokal sirup pala sejak tahun 80-an. Semoga ilmu yang didapat bisa diterapkan sehingga para petani bisa memperbaiki proses produksi dan mendapat akses pendanaan yang sesuai,” harapnya.
Potensi HHBK yang berasal dari kawasan hutan sangat besar dan memiliki peran penting dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat, perekonomian lokal, dan juga kelestarian hutan itu sendiri. Di masa depan, HHBK akan menjadi salah satu sumber utama di sektor industri kehutanan. Komoditas pala, sebagai produk unggulan Provinsi Papua Barat, diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar hutan dan memicu pengembangan industri kreatif hasil hutan bukan kayu yang lain. (rls/red)