Begini Kiat Pemda Teluk Bintuni Turunkan Angka Stunting

0

BINTUNI, KLIKPAPUA.com— Pemerintah Teluk Bintuni akhirnya berhasil menurunkan angka kasus stunting dari tahun 2021 sebesar 27,4 persen pada tahun 2022 menjadi 22,8 persen.

Keberhasilan menurunkan penyakit kurang tumbuh yang disebabkan kekurangan gizi dalam kurun waktu cukup lama yang terjadi pada anak ini, tak lepas dari sejumlah kiat dan upaya pemerintah yang bersinergi menekan penyakit tersebut.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat  pada Dinas Kesehatan Teluk Bintuni Kristina Inanosa mengatakan, upaya spesifik yang telah dilakukan dinas kesehatan dan jajaran mulai dilakukan pelayanan dari remaja putri, calon pengantin, ibu hamil dan anak usia 0-59 bulan.

“Ini merupakan prioritas dimana pada usia 0-59 bulan rentan terhadap kasus stunting,” katanya.

Kristina menjelaskan, intevensi spesifik yang dilakukan mulai dari remaja putri, dimana disediakan pelayanan di sekolah maupun posyandu remaja yang dibentuk di beberapa  puskesmas di Teluk Bintuni. Remaja putri ini juga diberikan tablet penambah darah agar tetap sehat dan terjaga.

“Itu dilakukan untuk menjaga remaja putri tetap sehat karena akan menjadi calon pengantin, ini penting sekali diberikan edukasi terkait kesehatan untuk menjaga kesehatanya, agar nantinya menjadi pasangan usia subur tetap sehat,” katanya.

Sementara untuk ibu hamil diwajibkan melakukan pemeriksaan secara rutin baik di puskesmas maupun pustu serta melahirkan di fasilitas kesehatan seperti pustu, puskesmas maupun rumah sakitsakit, tidak boleh di rumah.

“Semasa kehamilan minimal 6 kali periksakan kehamilan 2 di dokter spesialis dan 4 kali di bidan atau puskesmas, mereka juga diberikan asupan gizi dan vitamin penambah darah,” jelasnya.

Sementara itu, untuk anak usia 0 hingga 59 bulan diharapkan mengikuti posyandu setiap bulan, jika terjadi kelainan segera dikonsultasikan dengan dokter. Anak juga mendapatkan vitamin A, ASI ekslusif 0-6 bulan serta makanan tambahan.

Kristina juga menjelaskan, penyebab terjadinya kasus stunting pada anak di Teluk Bintuni sejauh ini, berdasarkan dari data prevalensi disebabkan karena pola asuh dalam rumah tangga yang kurang, bukan karena adanya kemiskinan ekstrem, hal ini karena sejumlah kasus stunting banyak yang dialami anak-anak yang berasal dari keluarga mampu.

“Bukan karena kemiskinan ekstrem karena dari data yang ada kemiskinan ekstrem tinggi tapi stunting rendah, ini menggambarkan bukan karena kemiskinan tapi polah asuh,” katanya.

Kristin juga memastikan bahkan kaus stunting ini lebih banyak di alami anak-anak dari kalangan orang tua yang pendapatan ekonominya tetap atau stabil setiap harinya.

Kristina mengatakan sejauh ini jumlah anak yang datang dan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan sudah semakin berkurang.

“Kami harap untuk intervensi selanjutnya ada kerjasama lintas sektor dan CSR yang ada, TNI Polri juga organisasi kewanitaan dan organisasi yang lain yang punya peduli kemanusiaan,” harapnya.(dr)


Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.