MAKASSAR,KLIKPAPUA.com—Potensi sumber daya air di wilayah Provinsi Papua Barat cukup melimpah. Jika dikelola dengan baik, potensi tersebut adalah modal untuk mendukung pembangunan daerah.
Ketua Komisi IV DPR Papua Barat Max A. Hehanusa mengatakan, pengelolaan sumber daya air secara tepat akan menciptakan multiplier effeck (efek ganda). Dalam rangka meningkatkan produktivitas masyarakat. “Pontesi-potensi sumber daya air di Papua Barat, ada yang bisa dikelola untuk bisa membangun bendungan seperti bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan,” kata Max Hehanusa.
Dalam rangka mendalami informasi, serta pengelolaan sumber daya air, DPR Papua Barat (DPRPB) melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa. Kunjungan itu berlangsung pada 16-20 September 2021.
Menurut Max Hehanusa, sumber air pada titik tertentu sangat diperlukan, terutama air tawar. Dia mencontohkan, sumber air seperti yang terdapat di SP IV, Manokwari. Bisa dimanfaatkan untuk pengairan atau irigasi lahan pertanian. “Kebutuhan air untuk lahan pertanian tidak semata berharap dari hujan saja sehingga produktivitas petani bisa meningkat. Pengelolaan sumber air yang ada bisa untuk pembangunan pembangkit listrik. Jadi, potensi sumber air yang dikelola ini akan menimbulkan multiplair efek. Itu yang paling penting,” ujarnya.
Melakukan kunjungan kerja ke Sulawesi Selatan, Komisi IV DPRPB yang membidangi infrastruktur, juga mendalami pengelolaan anggaran infrastruktur bersama Komisi D DPRD provinsi Sulawesi Selatan. Banyak masukkan yang diserap dalam rapat bersama soal bagaimana meningkatkan aksesibilitas wilayah-wilayah pinggiran.
Diketahui, Bendungan Bili-bili dibangun sejak tahun 1992, dan rampung pada 1997 dengan sumber pembiyaan 100 persen dari APBN. Keberadaan bendungan ini telah memberikan dampak positif kepada masyarakat di sekitar, dimana pendapatan yang awalnya dari pertanian. Kini, didapatkan dari aktivitas perikanan.
Keberadaan bendungan Bili-bili juga menjadi sumber air baku bagi tiga kota, yakni Gowa, Takalar, dan Makassar. Selain mendukung irigasi, pengelolaan bendungan juga dipakai untuk mendukung keberadaan PLTA dengan kapasitas 19,5 MW.(red)