MANOKWARI,KLIKPAPUA.com- Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMA memasuki tahap pengumuman, Senin (27/6/2022).
Banyak anak yang tidak lolos PPDB, membuat sejumlah orang tua melakukan protes di SMAN 2 Manokwari.
Pantauan media ini, orangtua yang anaknya tak lolos PPDB umumnya kecewa sebab, mereka mengaku keberatan jika pendaftaran dilakukan secara dalam jaringan atau online. Banyak yang tak terakomodir, padahal masuk zonasi sekolah yang dituju.
Menanggapi aksi itu, kepala sekolah SMAN 2 Manokwari Andrianus Hara saat dikonfirmasi melalui telepon genggamnya mengatakan aksi protes warga dilakukan setiap kali penerimaan siswa baru, yang menjadi tuntutan warga tidak lain adalah kebijakan dari sekolah.
“Dari tahun ke tahun minta kebijakan terus, yang namanya kebijakan itu kan menyimpang dari aturan. Kapan kita bisa, ini bukan sekolah kita saja yang melakukan itu, ini seluruh Indonesia,” tuturnya kepada klikpapua.com Senin (27/6/2022) siang.
Ketika ditanya soal banyaknya siswa siswi yang berada di zonasi 5 namun tidak terakomodir dalam kuota penerimaan siswa baru, Andarias Hara menyebut penerimaan siswa dilakukan secara dalam jaringan.
“Iya benar mereka masuk region 5, tapi mereka masuk sistem kah tidak? kan mereka tidak daftar online, yang mereka minta itu harus offline. Sementara kita harus proses yang masuk di sistim online, yang online ini saja sudah 500an lebih, yang mereka desak itukan dari luar ketentuan aturan juknis yang ada,” bebernya.
Dikatakan Andrianus, seharusnya protes warga itu ditujukan kepada Dinas Pendidikan Provinsi Papua Barat, untuk mendapatkan solusi.
“Tadi diarahkan jangan demo di sekolah, semua ke dinas, mendaftar di sana lalu dinas mendata semua, lalu nanti solusinya seperti apa,” terangnya.
Dijelaskan Andrianus, pengumuman kelulusan siswa pendaftaran daring hari ini, merupakan hasil penerimaan melalui link http://ppdregion5.disdikpabar.net, dari kuota yang disediakan sebanyak 288 orang.
“Kuota yang disediakan sesuai fasilitas ruangan yang tersedia. Tahun lalu melebihi daya tampung, tiga kelas tidak punya ruangan. Itu pun karena Covid-19 jadi sekolah secara online, tapi kalau offline mau ditaruh dimana? Sekarang saja yang daftar melalui sistem online mencapai 508, sementara yang kita terima hanya 288, mau paksakan taruh dimana,” sebutnya.
Selain fasilitas ruangan yang terbatas, tenaga guru di SMAN 2 Manokwari juga terbatas. “Para orang tua siswa juga harus bisa memikirkan ruangan dan tenaga guru kami yang terbatas. Masih ada sekolah lain, SMA 2 bukan satu-satunya sekolah SMA di Manokwari, masih ada sekolah SMA lain. Kurikulum semua sama, sekolah lain sampai hari ini ada yang belum dapat kelas,” tutupnya. (dra)