19 Siswa di Manokwari Diusir Saat Ujian Karena Tunggakan SPP, Kepsek Klarifikasi

0
Kepala Sekolah SD YPK 01 Efata Manggoapi memberikan klarifikasi soal insiden yang dialami siswanya. (Foto: klikpapua)

MANOKWARI, KLIKPAPUA.com – Sebanyak 19 siswa kelas 4 SD YPK 1 Efata Manggoapi, Manokwari, mengalami kejadian tak menyenangkan saat akan mengikuti ujian sekolah. Mereka dikabarkan diusir oleh salah seorang guru karena belum melunasi tunggakan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP).

Hal ini diungkap Nia Kubiari, seorang aktivis yang fokus pada isu perempuan dan anak, bahwa dirinya didatangi oleh 19 siswa tersebut. 

“Anak-anak ini datang menemui saya dan bilang kalau mereka disuruh pulang oleh guru untuk memberitahukan orang tua agar segera melunasi tunggakan SPP, baru bisa ikut ujian,” jelas Nia.

Nia juga menekankan bahwa tindakan mengusir anak-anak Papua dari kelas saat ujian hanya karena masalah SPP tidak mencerminkan cara mendidik yang baik. Menurutnya, sekolah seharusnya mengizinkan siswa mengikuti ujian terlebih dahulu, lalu menahan rapor jika masih ada tunggakan yang belum diselesaikan. 

“Anak-anak tidak boleh dibebani dengan masalah keuangan, mereka cukup fokus belajar,” tambah Nia. 

Ia juga mengatakan sudah menghubungi Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Manokwari serta Majelis Rakyat Papua Barat (MRPB) untuk mengklarifikasi situasi tersebut.

Mince Rumfaker, salah seorang orang tua siswa, juga membenarkan kejadian tersebut. “Anak-anak disuruh pulang oleh guru karena belum bayar SPP. Saya ke sekolah untuk mencari tahu lebih lanjut, tapi belum bertemu langsung dengan pihak sekolah,” ujarnya kepada wartawan.

Marice Numberi, Kepala UPTD PPA Kabupaten Manokwari, menegaskan bahwa tindakan tersebut melanggar hak anak untuk mendapatkan pendidikan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002. 

“Anak-anak berhak atas pendidikan, dan guru tidak boleh menyuruh mereka pulang karena belum bayar SPP. Ini masalah serius yang perlu ditangani segera, terutama oleh MRPB,” tegas Marice.

Menurut Marice, MRPB seharusnya turun tangan dalam masalah ini karena ini terkait hak anak-anak Papua. “MRPB harus bergerak cepat. Ini tentang masa depan generasi penerus Papua, yang kita semua harus siapkan dengan baik,” lanjutnya.

Salah seorang siswa kelas 4 yang ditemui wartawan membenarkan bahwa dirinya dan teman-teman sekelasnya memang diusir oleh guru karena belum melunasi SPP.

“Kami sudah kasih tahu orang tua, tapi mereka bilang tunggu dulu karena belum ada uang,” ungkap siswa tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Netty Korwa, Kepala Sekolah SD YPK 01 Efata Manggoapi, meminta maaf atas insiden ini.

“Kami meminta maaf atas tindakan guru yang menyuruh anak-anak pulang. Kami akan segera mengadakan rapat dengan para guru dan orang tua untuk membahas masalah ini,” kata Netty.

Netty juga memastikan bahwa 19 siswa yang sempat diusir tersebut tetap akan diizinkan mengikuti ujian. “Ini hak mereka, dan kami akan memastikan mereka dapat melanjutkan ujian tanpa hambatan lebih lanjut,” tambahnya. 

Ia juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam memastikan anak-anak tetap fokus pada pendidikan.

Insiden ini menyoroti pentingnya kerjasama antara sekolah, orang tua, dan pihak terkait untuk menjamin hak-hak anak, khususnya di Papua, terlindungi dan terpenuhi. (aa)



Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.