FAKFAK,KLIKPAPUA.com—Dalam upaya melestarikan budaya dan kearifan lokal, sejumlah warga Kampung Kayu Merah, Distrik Fakfak Tengah, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, mengadakan Focus Group Discussion (FGD) terkait penguatan nilai budaya Buton melalui tradisi Pisombo.
Kegiatan FGD yang berlangsung pada Jumat pagi (27/12/2024) di Balai Pertemuan Kampung Kayu Merah, ini bertujuan untuk membahas persiapan teknis pelaksanaan tradisi pisombo dalam acara Festival Budaya Buton di Kampung Kayu Merah yang akan digelar pada April 2025 mendatang.
Dalam FGD yang hadiri langsung Maestro, panitia pelaksana, peserta Pisombo, serta orang tua peserta ini, sekaligus memperkenalkan pentingnya pelestarian nilai budaya pisombo kepada generasi muda.
Pisambo merupakan tradisi orang Buton dalam mempersiapkan pendidikan agama dan nilai karakter bagi anak perempuan remaja yang baru saja memasuki peralihan usia ke jenjang dewasa.
Ketua Panitia pelaksana La Ruslan, menyatakan FGD ini digelar selain persiapan teknis kegiatan juga sekaligus mensosialisasikan betapa pentingnya penguatan nilai budaya dan adat istiadat khususnya bagi generasi muda Kampung Kayu Merah, di tengah tergerusnya nilai budaya sebagai dampak dari perkembangan zaman dan teknologi digital saat ini.
“Melalui FGD ini, kami berharap kepada peserta kegiatan dan orang tua serta warga masyarakat dapat mendukung dan dapat mengikutinya dengan baik, sebab festival Budaya Buton ini nantinya dapat menghidupkan kembali budaya kita di Kampung Kayu Merah, yang sudah sekian tahun mengalami kefakuman,” ujar mantan kapolsek yang telah pensiun itu.
Rencananya Festival Budaya Buton Kampung Kayu Merah ini akan diikuti sebanyak 15 peseta pisombo dan dihadiri sebanyak 500 orang undangan, terdiri dari tokoh adat, agama, warga masyarakat, serta stakeholde dari pemerintah daerah.
Festival Budaya Buton yang didukung penuh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, melalui Program Dana Indonesia, ini nantinya diharapkan dapat menjadi momentum penting dalam rangka mempromosikan keberagaman budaya daerah, sebagai perwujudan dari filosofi hudup Satu Tungku Tiga Batu yang menjadi aikonik kota Fakfak, Papua Barat. (rls)