FAKFAK,KLIKPAPUA.com— Petani pala di Kabupaten Fakfak Papua Barat masih menghadapi beragam persoalan. Mulai dari sulitnya mendapat legalitas dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) hingga terbatasnya alat produksi. Hal itu terungkap saat tim Kantor Staf Presiden (KSP) turun ke lapangan melalui program KSP Mendengar.
“Produksi kami masih manual. Kami butuh alat-alat yang memadai dan packaging yang lebih steril,” kata Cahyani petani pala yang memproduksi manisan pala kering dan basah, saat bertemu tim KSP di Desa Torea Fakfak Papua Barat, Kamis (25/11/2021).
Tanggapi berbagai keluhan tersebut, Tenaga Ahli Utama KSP Wandy Tuturoong mengajak para petani pala di Fakfak untuk memanfaatkan program pemerintah. “Kemenkop sebenarnya punya banyak program yang bisa mendukung kebutuhan para petani pala,” ujar Wandy.
Dalam kesempatan itu, Wandy juga meminta agar peran Balai Latihan Kerja (BLK) dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan industri, sehingga lulusan BLK bisa langsung terserap dan mendukung kebutuhan SDM.
“Ini sesuai dengan arah pendidikan yang dicanangkan Pemerintah, yakni link and match,” lanjutnya.
Sementara terkait dengan persoalan perijinan dan pengurusan legalitas produksi, kata Wandy, KSP akan membicarakannya dengan kementerian/lembaga terkait.
Seperti diketahui, Kabupaten Fakfak merupakan salah satu penghasil pala terbesar di Indonesia. Produk-produk turunan Pala diantaranya, rempah-rempah, bumbu masak, pengharum kosmetik, minyak pala, manisan, dan bahan pengawet.
Meski menjadi sentra penghasil pala, namun sampai saat ini pemerintah daerah setempat baru bisa memikirkan produksi lokal saja, dan membutuhkan support untuk pemasaran dan pengelolahan dari produk-produk jadi yang dihasilkan.(rls/bm)