Revalin Marchella Meres: Tertarik Dengan Virus HIV yang Renggut Banyak Nyawa

0
Revalin Marchella Meres

KLIKPAPUA.com— REVALIN atau yang kerap disapa Alin adalah peserta didik Sekolah GenIUS dari Maniwok, Kabupaten Teluk Wondama. Kedua orang tua Alin berprofesi sebagai guru dan pegawai negeri sipil.

Sebelum Alin pindah ke GenIUS, ia menggambarkan kehidupannya di Teluk Wondama seperti biasa saja, pergi ke sekolah lalu pulang, niat belajar juga terserah dan tidak begitu peduli terhadap sekolah. Satu hal yang sangat ia sadari, yaitu disana, ia tidak banyak belajar mengenai ragam profesi-profesi yang ada. Jadi cita-cita andalan adalah polwan dan guru. Dua profesi ini adalah profesi yang tenar dan dianggap terpandang.

Ia menceritakan pengalamannya mengikuti seleksi untuk mendapat pendidikan di Sekolah GenIUS.

Suatu hari ketika Alin dan teman-teman sedang bermain di sekolah, kemudian kepala sekolah mengumpulkan semua murid untuk melangsungkan pengumuman mengenai seleksi untuk belajar di Pulau Jawa. Alin dan teman-temannya saat itu dipenuhi rasa takut karena akan jauh dari orang tua dan melakukan segala sesuatu serba sendiri.

Seperti cuci pakaian sendiri, cuci piring sendiri. Alin tidak ingin pergi ke sana. Namun, nama Revalin dipanggil bersama kedua temannya untuk mengikuti seleksi. Alin tertegun, ia melihat sosok mamanya, yang juga adalah guru di sekolahnya. Mama mengarahkan Alin untuk mengikuti perkataan kepala sekolah untuk maju ke depan.

Alin bersiasat untuk menggagalkan rencana agar tidak lolos seleksi, karena ketidakmauannya.

Ketika pulang, Alin pesimis mengenai tesnya. Ia tidak berharap banyak akan lolos. Namun, suatu hari Opa Alin pergi ke kantor dinas dan melihat pengumuman yang tertempel di mading. Opa langsung merobek kertas pengumuman yang ada di mading saking senangnya, lalu membawa pulang secarik kertas itu untuk ditunjukkan.

Ketika Alin pulang, ia disambut oleh peluk erat seluruh keluarganya yang sangat senang akan kabar baik itu.

Penyesuaian tidaklah mudah menurutnya. Ia belajar melakukan segala  sesuatu sendiri, sehingga akhirnya terbiasa dengan hal itu. Alin mengakui ia sulit mendapatkan teman, dan sulit berbaur, tapi lama kelamaan ia pun bisa mengatasi situasi yang dialaminya.

Ketika ditanyakan mengenai perbedaan yang ia rasakan dari sekolah lama dengan sekolah baru, ia menjawab poin utamanya adalah dilihat dari segi pendidikan. Alin merasa ia sekarang memiliki pengetahuan yang lebih luas. Ia mengakui senang ketika guru-gurunya bercerita mengenai latar pendidikan dan pengalaman mereka. Ia mengagumi berbagai guru yang berhasil mencapai pendidikan yang baik.

Cerita para guru terus memotivasinya untuk mencapai cita-citanya sendiri.  Sejak kecil, Alin memiliki ketertarikan lebih terhadap virus. Rasa penasaran ini tumbuh karena banyaknya kasus HIV Aids di Papua. Alin merasa prihatin terhadap minimnya pengetahuan orang-orang di sana terhadap penularan HIV Aids.  Serta kurangnya pendidikan seks yang akhirnya membawa banyak orang pada malapetaka.

Belajar di sekolah GenIUS membantu Alin menggali lagi ketertarikannya terhadap penelitian. “Selalu ada sesuatu yang baru, yang dipelajari ketika melakukan penelitian.” ungkapnya.  Ia mengaku rasa penasaran itulah yang terus membuatnya tertarik untuk meneliti. Ketika rasa penasaran itu terjawab, selalu ada hal lain yang menjadi pemantik untuk mencari tahu hal baru lainnya.

Setelah menghabiskan enam tahun di Sekolah GenIUS, Alin belajar banyak hal. Beberapa di antaranya untuk jangan terlalu terpaku terhadap satu hal saja, kita harus memperluas pemikiran. Jangan terlalu individualis, harus mau juga memikirkan orang lain. Selain itu, ia juga belajar untuk menjadi orang yang pantang menyerah.

Salah satu hal yang unik dari Alin adalah caranya menyikapi tekanan yang ia rasakan. “Segala sesuatu selalu ada tekanannya, dan jadikanlah tekanan itu menjadi motivasi,” ujarnya. Alin menceritakan, pada masa-masa ia tertekan, justru ia semakin terpacu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pesannya yang terakhir adalah untuk tidak menyalahkan keadaan.(red)


Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.