JAKARTA,KLIKPAPUA.com—Menindaklanjuti keputusan memperpanjang penerapan PPKM di berbagai wilayah di Indonesia, Pemerintah terus bekerja keras mengendalikan pandemi COVID-19. Akselerasi dan perluasan cakupan vaksinasi tetap digencarkan. Penguatan 3T oleh pemerintah diupayakan agar bisa memutus mata rantai penularan COVID-19, sementara masyarakat diharapkan disiplin melaksanakan protokol kesehatan 3M sebagai upaya yang bisa dilakukan di level individu untuk menekan laju penularan.
Beberapa waktu lalu, Presiden meminta jajarannya, khususnya TNI dan Polri, untuk merespons cepat lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi di sejumlah daerah di luar Pulau Jawa dan Bali dalam rentang waktu dua minggu terakhir. Sedangkan untuk Jawa-Bali, meski sudah ada perbaikan serta tren penurunan kasus, namun perkembangan kasus COVID-19 masih dinamis dan fluktuatif. Karena itu, masyarakat harus tetap waspada dan berhati-hati.
Pandemi di Indonesia telah berlangsung 1,5 tahun. Penerapan aturan seperti PPKM serta keharusan untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru seperti protokol kesehatan, memunculkan berbagai respon di tengah masyarakat. Keterbatasan tersebut masih disertai mengalirnya berita duka atau informasi negatif yang menimbulkan ketidaknyamanan. Dalam situasi seperti ini, tidak hanya kesehatan fisik, kesehatan mental dan sosial pun harus mulai mendapatkan perhatian.
Dialog Semangat Selasa di Media Center KPCPEN Selasa 10 Agustus 2021 kembali membahas perkembangan dan evaluasi PPKM, khususnya tentang pentingnya memelihara kesehatan mental selama pandemi, dengan mengundang, serta dalam pembicaraan tersebut, Sonny Harry B. Harmadi – Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 menilai, penerapan PPKM cukup efektif, terlihat pada penurunan kasus aktif secara signifikan, membaiknya BOR higga 54 persen, positivity rate turun, juga kemampuan protokol kesehatan masyarakat yang terus meningkat. Karena itu, kebijakan ini baik untuk dilanjutkan dalam rangka menekan laju penularan COVID-19 di seluruh Indonesia.
Terkait dengan kesehatan mental masyarakat di tengah pandemi, Sonny mengakui bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan pemeliharaan kesehatan jasmani. Ia menjelaskan, bahwa pemerintah juga melakukan berbagai ikhtiar. Misalnya, berkolaborasi dengan Himpunan Psikolog Indonesia membuka layanan bagi mereka yang membutuhkan konsultasi.
“Upaya menghentikan hoaks yang meresahkan orang lain, membangun empati dan gotong-royong, serta menggemakan narasi dan pesan-pesan positif, juga bermanfaat untuk membangun ketenangan batin masyarakat,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dr. Erickson Arthur Siahaan, Sp.KJ – Psikiater dan Influencer menjelaskan, untuk menjaga kesehatan mental harus dimulai dengan mengenali diri dan emosi kita sendiri. Kemudian disusul dengan usaha mengelola stres, mengenali emosi, mengalokasikan waktu untuk diri sendiri, sekaligus tetap mempertahankan kegiatan bersosialisasi. Bersosialisasi tetap dapat dilakukan tanpa tatap muka langsung. Misalnya dengan memanfaatkan teknologi, yakni melalui panggilan telepon atau menggunakan aplikasi untuk berkomunikasi dengan orang lain.
“Menjaga pola hidup sehat, makan dan tidur yang cukup juga diperlukan. Karena tubuh dan mental yang sehat itu berkaitan. Kesehatan fisik, mental, dan sosial harus berdampingan,” ungkapnya.
Terkait dengan perlunya tetap bersosialisasi, Rhaka Ghanisatria – Co Founder Menjadi Manusia adalah salah satu penyedia media bagi mereka yang ingin menyalurkan kegelisahan dengan cara berbagi bercerita, melalui platform digital. “Dengan bercerita, beban emosi akan berkurang. Orang lain yang membaca cerita tersebut dan merasa terhubung, akan merasa dikuatkan karena sadar bahwa dia tidak sendirian. Harapan kami, melalui Menjadi Manusia ini, kita bisa lebih menghargai perspektif orang lain, tidak mudah menghakimi, dan membuat orang-orang sadar bahwa kita tidak pernah sendiri,” tuturnya.
Untuk memperluas manfaat yang dapat diberikan bagi masyarakat, Rhaka dan kawan-kawannya menggalang donasi bagi UMKM melalui Digital Bergerak, serta membuat konsep percontohan sentra rehabilitasi kesehatan mental.
Para narasumber meyakini pentingnya kolaborasi lintas profesi untuk mempercepat terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat, baik fisik maupun mental. Gerakan dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat; akan sangat berarti karena pemerintah tidak mungkin bekerja tanpa dukungan rakyat. Saling mengulurkan tangan dan bahu membahu adalah sikap yang diperlukan, terutama pada masa sulit. Pada saat seperti ini, setiap orang harus menjadi bagian dari solusi. (rls/kp1)