JAKARTA— Siti Hardiyanti Rukmana, lebih akrab dipanggil Mbak Tutut, mendorong generasi muda untuk senantiasa menyiapkan diri menerima estafet kepemimpinan dengan disiplin dan terus berkarya. Berdisiplin dan terus berkreasi untuk keutamaan Negeri, menurut Mbak Tutut akan menjamin kesiapan generasi yang lebih muda menggantikan para seniornya.
“Saya mengimbau, tepatnya mendorong agar generasi muda senantiasa percaya diri, disiplin dan memupuk keinginan untuk selalu berkarya demi bangsa dan Negara,” kata Mbak Tutut, menjawab pertanyaan wartawan yang meminta dirinya beramanat kepada generasi yang lebih muda.
Sebagaimana diketahui, putri sulung Presiden Soeharto itu tengah menjalani usia 70 atau usia seorang senior yang matang dengan aneka pengalaman hidup dan kenegaraan. Mbak Tutut ditemui pada kesempatan konsolidasi para calon anggota legislative Partai Berkarya, di kawasan Menteng, Jakarta.
Menurut Mbak Tutut, para senior yang kaya pengalaman seyogyanya melakukan apa yang dalam kearifan lokal disebut tut wuri handayani, atau dari belakang senantiasa memberikan dorongan dan kekuatan.Mbak Tutut menekankan, seorang senior pun seharusnya berlapang dada untuk memberi kesempatan kepada kaum muda membuktikan kemampuan mereka.
“Kalau anak-anak muda itu tidak dipercaya, karena tidak mempunyai pengalaman, lalu sampai kapan mereka memperoleh kesempatan untuk mendapatkannya?,” tanya Mbak Tutut retoris.
Ia mencontohkan apa yang dialaminya saat mendapatkan kepercayaan sebagai kalangan swasta pertama yang membangun jalan tol. Apalagi jalan tol itu merupakan jalan layang dengan topangan system beton Sosrobahu karya cipta anak bangsa.
Mbak Tutut yang saat itu memilih anak-anak muda di bawah 40 tahun, mulai dari pimpinan proyek, tenaga ahli dan tenaga ahli lapangan sampai pekerja, sempat diragukan keputusannya.
Mereka yang meragukan umumnya bertanya-tanya mengapa dirinya tidak memilih tenaga professional yang lebih senior, melainkan anak-anak muda yang ‘belum punya pengalaman’.
“Mungkin mereka lupa, bahwa tenaga-tenaga profesional itu dulunya juga berangkat dari anak muda yang tidak punya pengalaman,” tukas Mbak Tutut.
Akhirnya Jalan Layang Tol Cawang-Tanjung Priok itu pun terbangun, dengan mengadopsi teknologi beton karya cipta Ir. Tjokorda Raka Sukawati. Terbukti hingga saat ini kondisinya masih kokoh, tegar menahan segala terpaan cuaca.
Menurut Mbak Tutut, dirinya mengambil resiko dengan memberi kesempatan kepada kaum muda tersebut tak lain untuk menunjukkan identitas diri mereka bahwa mereka pun mampu menjawab tantangan-tantangan yang ada.
“Saya tidak mau melihat generasi penerus kita itu hanya sebatas menjadi penonton atas keberhasilan senior-seniornya, dan tugas para senior menyiapkan kesempatan yang seluas-luasnya bagi junior muda, agar setiap individu, memperoleh kebebasan berfikir dan bertindak, tetapi tetap bertanggung jawab atas kebebasan yang diberikan kepadanya,” terang Mbak Tutut.
Sebagaimana diketahui, pada saat menerima amanah sebagai pemenang pembangunan jalan layang tol swasta pertama di Indonesia, Mbak Tutut pada 1986 itu masih berusia 37 tahun. Ia merekrut para anak muda di bawah 40 tahun. Di antaranya Djoko Ramiaji yang saat itu masih berusia 33 tahun sebagai pimpinan proyek, Joko Purwanto (32 tahun) sebagai wakil pimpro, Arie Prabowo (30) sebagai manager divisi pengendalian dan operasi, Thamrin Tanjung (39) sebagai general super intendance, Bambang Soeroso (37) sebagai managerial pusat dan sebagainya.
Menurut Mbak Tutut, terbukti proyek itu kemudian tidak hanya menghasilkan sepenggal jalan modern yang menggantung di atas tanah, tetapi mampu mengembangkan sikap baru bagi bangsa Indonesia.“Akhirnya kita sepenuhnya yakin bahwa tidak ada istilah tidak mungkin atau tidak bisa,” kata Mbak Tutut.
Belakangan, kemampuan anak bangsa Indonesia dalam bidang konstruksi itu kemudian diakui di luar Negeri. “Kami memenangkan tender pembuatan jalan toll di Malaysia (at grade) dan Filipina (elevated road), kemudian dalam pengerjaannya kami menggunakan system sosrobahu hasil karya tangan anak bangsa,” pungkas Mbak Tutut. (rls)