KLIKPAPUA.COM,KEDIRI – Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pondok pesantren Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur. Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo mengatakan selama ini pondok pesantren masih tergantung kepada perusahaan listrik negara (PLN) dalam membantu penerangan di lingkungan pondok. Akibatnya beban biaya yang ditanggung terus meningkat seiring dengan besarnya pemakaian listrik.
“Berkaca dari hal tersebut DPP LDII melakukan terobosan berupa pembangunan PLTS sendiri. Sebagai tahap awal dibangun di Ponpes Wali Barokah Kota Kediri,” kata Prasetyo Sunaryo.
Pengembangan PLTS yang terbesar di Indonesia untuk ponpes ini, dikatakan Prasetyo merupakan bentuk pemanfaatan dan penerapan energi baru terbarukan (EBT) sesuai dengan rencana jangka panjang organisasi LDII.
“Ponpes yang menggunakan sistem tenaga surya ini adalah yang pertama di Indonesia. Ini wujud paradigma khusus tidak cukup dengan cara pandang perbandingan harga saja. Pendayagunaan EBT komparasinya bukan terhadap harga BBM, tetapi harus terhadap pengandaian apabila terjadi kelangkaan energi BBM. Ini yang menjadi pemahaman organisasi yang kita terapkan,” tambah Prasetyo.
“Khusus energi matahari, karena Indonesia sebagai negara tropis tidak ada musim salju, sehingga energi matahari tersedia sepanjang tahun. Dari perspektif religious, penggunaan energy matahari merupakan manifestasi kesyukuran ke Allah SWT sang maha pencipta yg mengkarunia Indonesia dengan sinar matahari yg tak ternilai harganya,” imbuhnya.
Pimpinan Ponpes Wali Barokah KH Soenarto mengaku pihaknya ingin mensyukuri anugerah Allah SWT berupa sinar matahari, untuk menjadi energi listrik yang menerangi pondoknya. Sehingga terjadi penghematan biaya pengelolaan pondok secara signifikan.
“Untuk kedepannya ada pemikiran menjadikan ponpes ini, sebagai tujuan wisata religi dan edukasi teknologi PLTS. Sehingga menginspirasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam penerapan Energi Baru Terbarukan,” kata pria asal Klaten tersebut.
PLTS yang dibangun instalasinya di ponpes tersebut berukuran 40 m x 41 m. Menurut pakar PLTS yang merupakan aplikator PLTS di Ponpes Walibarokah, Horisworo, dengan pertimbangan untuk memberikan manfaat yang lama, maka dana yang terkumpul secara gotong royong warga LDII tersebut dibelikan panel surya (Solar Cell) yang premium grade buatan Kanada.
“Maka harganya, termasuk peralatan penunjangnya mencapai Rp. 10,1 Milyar. Tapi potensi umat yang besar ini harus diwujudkan dengan membeli yang premium grade buatan Kanada. Sayang bila hanya beli buatan Cina yang harganya lebih murah. Tapi yang perlu dipahami mahalnya itu didepan saja. Dengan adanya garansi 25 tahun dari produsennya, maka yang dari Kanada ini jatuhnya malah lebih efisien,” kata Horisworo saat memberikan pemaparkan di lokasi PLTS ponpes tersebut.
Bantuan NASA
PLTS tersebut nantinya akan menghasilkan 1 juta Watt maksimalnya. Dan saat ini belum dioptimalkan seluruhnya, karena kebutuhan ponpes dengan 5000 santri tersebut sudah terpenuhi dan masih ada banyak kelebihan. Penerangan di ponpes yang terletak ditengah Kota Kediri tersebut, juga sangat bagus. Saat pada malam hari terlihat penerangan yang maksimal, lebih terang dari Mall. Hal ini membuat santri lebih nyaman belajar dan beraktifitas serta kondisi tersebut didapat dengan efisien karena memanfaatkan PLTS.
“Prinsipnya ponpes Wali Barokah sudah mempraktekkan dan berinvestasi jangka panjang dalam bidang EBT. Pembangunan dan pengembangan ponpes adalah sebuah keniscayaan, dan kami sudah menabung, sudah berinvestasi untuk mandiri energi, memanfaatkan karunia Allah. Maka kami serius membangunnya, sampai untuk penentuan titik dimana intensitas sinar matahari terbesar, kami minta bantuan satelit NASA. Ya digedung inilah yang intensitas sinar matahari tertinggi (dibandingkan beberapa gedung di ponpes tersebut),” papar pria asal Banyumas tersebut.
Menurut Drs. Suroto Ketua DPW LDII Papua Barat program PLTS ini bisa terwujud karena dedikasi, kerja keras, semangat yg kuat, hemat dan tidak merokok. Dengan hitung-hitungan bila setiap warga satu hari tidak merokok bisa menghemat 15 ribu/ hari maka modal yg terkumpul jelas akan sangat membantu pembuatan PLTS ini. (rls)