JAKARTA,KLIKPAPUA.COM– SKK Migas Perwakilan Papua dan Maluku bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) dari wilayah Papua dan Maluku mengundang delapan wartawan dari Papua Barat dan Maluku untuk mengikuti pembukaan the 43rd Indonesia Petroleum Association Convention & Exhibition 2019 (IPA Convex 2019) yang berlangsung Rabu (4/9/2019). Sebagai bagian dari program tersebut, para jurnalis juga akan mengunjungi Program Pemagangan Teknisi Papua di Ciloto, Jawa Barat, Kamis (5/9/2019) besok.
IPA Convex merupakan kegiatan konvensi dan pameran tahunan yang dihadiri pembuat kebijakan, para ahli, investor, operator serta sektor pendukung industri migas untuk bertukar gagasan, teknologi terkini, dan kerja sama untuk investasi migas di Indonesia.
Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku A. Rinto Pudyantoro mengatakan program kunjungan jurnalis Papua Barat dan Maluku ke IPA Convex 2019 ini bertujuan untuk menambah wawasan para jurnalis mengenai isu-isu industri hulu migas pada level nasional. “Harapannya, dengan memahami peran dan tantangan industri hulu migas di level nasional, para jurnalis dapat berkontribusi menyebarkan informasi yang akurat bagi pemangku kepentingan dan masyarakat di wilayah Papua dan Maluku,” ujar Rinto.
Jurnalis Papua Barat dan Maluku yang berkunjung ke IPA Convex berasal dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Papua Barat, PWI Kota Sorong, Cahaya Papua, Radar Sorong, Antara Maluku, RRI Saumlaki, Buletin Duan Lolat Saumlaki, dan Lelemuku.com. Program ini digagas SKK Migas Perwakilan Papua dan Maluku dan didukung oleh Kontraktor KKS BP Indonesia, Citic Seram Energy Ltd, Genting Oil Kasuri Pte Ltd, Inpex Masela Ltd, Kalrez Petroleum (Seram) Energy Ltd dan MontD’Or Salawati Ltd.
Rinto mengatakan saat ini terdapat 18 wilayah kerja hulu migas di wilayah Papua dan Maluku yang terdiri dari 10 wilayah kerja eksploitasi dan delapan wilayah kerja eksplorasi. Dari 10 wilayah kerja eksploitasi tersebut, delapan sudah berproduksi dan dua sedang dalam pengembangan.”Secara garis besar kontribusi wilayah Papua dan Maluku terhadap lifting migas nasional adalah sekitar 20 persen untuk gas dan 4 persen untuk minyak,” ujar Rinto.
Meskipun kontribusi tersebut terlihat belum dominan, namun sebenarnya angka tersebut tidak menunjukkan potensi wilayah Papua dan Maluku yang kecil. “Wilayah Papua dan Maluku sangat potensial, terbukti dengan beberapa temuan cadangan besar di kawasan ini. Namun memang kegiatan hulu migas di kawasan ini belum seaktif dengan kawasan lain di Indonesia,” ujarnya.
Dari 12 cekungan migas (basin) yang sudah pernah dibor dan menghasilkan penemuan, tiga cekungan terdapat di kawasan Papua dan Maluku. Di sisi lain, masih terdapat 24 cekungan yang belum dieksplorasi di wilayah timur ini. “Kuncinya di eksplorasi, jika eksplorasi digalakkan dan didukung semua pihak, maka akan semakin banyak potensi migas yang bisa ditemukan di wilayah Papua dan Maluku,” ujar Rinto.
Saat ini kegiatan eksplorasi memang masih minim di kawasan Papua dan Maluku. Dari total 35 rencana pengeboran eksplorasi migas konvensional di Indonesia tahun 2019, hanya satu yang berlokasi di wilayah Papua dan Maluku. Dari 88 rencana aktivitas studi geologi dan geofisika (G&G) di Indonesia tahun 2019, aktivitas yang direncanakan di wilayah Papua dan Maluku hanya 6 studi. Di wilayah ini juga tidak ada rencana survei seismik tahun ini. Kondisi ini tidak lepas dari besarnya tantangan untuk melakukan kegiatan eksplorasi migas di kawasan ini.
Rinto melanjutkan, kawasan Papua dan Maluku tidak hanya menawarkan peluang, namun juga memiliki tantangan berat terutama terkait dengan kompleksitas struktur, minimya data, dan terutama lokasi yang terpencil yang tentunya lebih menyulitkan untuk melakukan kegiatan eksplorasi. SKK Migas telah melakukan berbagai upaya, seperti workshop, studi,dll, untuk mendorong kegiatan eksplorasi di wilayah Papua dan Maluku.
“Kita berharap pemangku kepentingan di daerah dapat mendukung upaya bersama ini,” ujar Rinto.
Ditambahkannya, berbagai aspek operasional hulu migas sangat dipengaruhi pemangku kepentingan di daerah, misalnya kelancaran perizinan dan pertanahan, konsistensi regulasi, dan juga aspek keamanan dan kenyamanan. Jika pemangku kepentingan dan masyarakat di daerah dapat memperlancar aspek-aspek tersebut, investasi hulu migas akan mengalir di Papua dan Maluku. “Kontribusi hulu migas untuk mensejahterakan masyarakat pun dapat berjalan maksimal,” ujar Rinto.
Hulu Migas Membangun Papua
Jurnalis dari Papua Barat dan Maluku juga akan mengunjungi Fasilitas Program Pemangangan Teknisi Papua di Ciloto, Jawa Barat pada Kamis besok. Program pemagangan ini merupakan pelatihan selama tiga tahun untuk lulusan SMA dan SMK dari Papua Barat, khususnya yang berasal dari wilayah sekitar Teluk Bintuni, Teluk Berau, Fakfak, Manokwari, dan Sorong untuk menjadi tenaga ahli di bidang operasional blok migas. “Kelak, anak-anak inilah yang diharapkan mengoperasikan kilang Tangguh LNG,” ujar Rinto.
Dari 2016 hingga 2018, program ini telah berhasil menyaring bibit-bibit muda berprestasi dari Papua Barat dalam tiga angkatan (setiap angkatan/batch menyaring 40 peserta). Proses seleksi untuk menjadi peserta program ini berjalan amat ketat dengan kemampuan Bahasa Inggris adalah sebuah keharusan. “Karena selama pendidikan, semua komunikasi menggunakan Bahasa Inggris,” ujar Rinto.
Pada 28 Januari 2019, 32 peserta program pemagangan teknisi Papua Tangguh angkatan pertama (batch 1) telah berhasil menyelesaikan program. Kini mereka telah bekerja di proyek Tangguh LNG.
Program ini diprakarsai oleh BP dan selaras dengan komitmen AMDAL Tangguh LNG untuk mempekerjakan 85% tenaga kerja asal Papua di Tangguh LNG pada tahun 2029. “Ini merupakan bukti nyata komitmen industri hulu migas untuk mengembangkan sumber daya manusia di Papua,” ujar Rinto.
Dalam program pemagangan ini, BP bekerja sama dengan lembaga pelatihan Petrotekno. Lokasi pendidikan dipilih di kawasan Lembah Hijau, Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, untuk menciptakan ketenangan bagi para siswa dan agar siswa lebih fokus. Pusat pelatihan ini memiliki fasilitas lengkap seperti laboratorium komputer, small plant, area akomodasi, bengkel, kelas, ruang santai dan klinik kesehatan.
Para peserta mengikuti program pendidikan selama tiga tahun dengan pelatihan teknis yang komprehensif, termasuk peningkatan kemampuan berbahasa Inggris, matematika, dan ilmu sains dengan tenaga pengajar berpengalaman dari Inggris dan beberapa negara lainnya.
Setelah tiga tahun, siswa yang lulus assessment akan mendapatkan sertifikasi internasional dari Global Vocational Qualification, Inggris, yang dapat menjadi bekal mereka bekerja di kilang Tangguh LNG maupun proyek migas lainnya.
“Kami sengaja mengundang jurnalis untuk melihat program pemagangan ini sehingga bisa menjadi inspirasi bagi pemangku kepentingan di daerah,” ujar Rinto.(bm)