BINTUNI,KLIKPAPUA.com–Tim Pendahuluan PT. Pupuk Indonesia bersama SKK Migas – GOKPL dan BP telah melakukan kunjungan survei pendahuluan untuk persiapan investasi pembangunan pabrik Pupuk Indonesia di Kabupaten Teluk Bintuni pada 23 Maret lalu.
Tidak hanya melakukan pemeriksaan awal kondisi calon lahan yang akan berpotensi untuk didirikan pabrik pupuk, di sekitar lokasi area LNG Tangguh, tim juga menyempatkan melakukan kunjungan ke Pemkab Teluk Bintuni dan P2TIM (Pusat Pelatihan Teknik Industri dan Migas).
Nara Nilandaroe, selaku General Manager Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Genting Oil Kasuri, mendukung rencana dibangunnya pabrik pupuk di Teluk Bintuni, guna memanfaatkan hasil alam gas bumi dari tanah Papua, yang tentunya produk pupuknya juga bisa langsung dinikmati oleh masyarakat Papua.
“Suku Sumuri penduduk asli distrik Sumuri dimana lapangan Asap, Merah dan Kido berada, mempercayai jika ada tamu disambut hujan. Tamu itu akan membawa rejeki untuk mereka. (Kondisi pada saat kunjungan lapangan memang turun hujan). Semoga harapan mereka dari PT Pupuk Indonsia dapat terwujud,” tambah Nara.
Sementara itu Direktur Teknik dan Pengembangan PT Pupuk Indonesia, Arif Fauzan mengungkapkan ketertarikan membangun pabrik pupuk karena di Kabupaten Teluk Bintuni cadangan sumber gas bumi yang cukup banyak. “Harapannya Pupuk Indonesia Group bisa segera tercapai membangunnya di Teluk Bintuni, setelah didapatkan lokasi tanah/lahan yang bisa digunakan,” ujarnya
Dalam kesempatan terpisah, pada acara temu jurnalis di Kota Ambon (24/3), Pjs Kepala Perwakilan SKK Migas Pamalu, Galih Agusetiawan menyampaikan bahwa “Dalam upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dalam bentuk gas bumi yang ada di Propinsi Papua Barat, industri turunan yang bahan baku produksinya yaitu gas bumi, pasti tertarik untuk melakukan bisnisnya di daerah yang dekat sumber alamnya”.
“Kehadiran dan akan maraknya industri-industri turunan karena telah ditemukannya cadangan migas yang siap diproduksikan oleh industri hulu, adalah merupakan salah satu dari 12 dampak Positif yang dihasilkan dari kegiatan hulu migas di daerah,” jelasnya
“Kehadiran industri turunan hulu migas, tidak hanya akan memberikan dampak positif bagi pendapatan negara, tetapi tentunya membuka peluang peluang baru, baik manfaat langsung produk pupuk yang dihasilkan, maupun terbukanya peluang penyerapan tenaga kerja di wilayah Papua Barat,” tambah Galih.
Dijelaskannya bahwa kegiatan industri hulu migas memiliki 12 dampak positif bagi pemerintahan daerah dan masyarakat disekitar daerah operasi.Terdiri dari 5 dampak positif yang bisa dirasakan langsung nantinya, yaitu manfaat dari Program Pengembangan Masyarakat (PPM) dan juga CSR.
Dampak dari Dana Bagi Hasil (migas) yang dibagikan ke propinsi dan kabupaten menjadi dampak positif paling terasa nantinya setelah lapangan dapat berproduksi berdasarkan keekonomiannya. Dampak positif lainnya adalah peluang keikutsertaan pengelolaan PI 10%, serta dampak positif terciptanya lapangan pekerjaan oleh masyarakat daerah operasi, juga akan diterimanya Pajak & Restribusi daerah dan diterimanya PBB Migas.
Selain dampak positif langsung, juga terdapat 5 dampak positif tidak langsung, yaitu: bisnis penyedia barang dan jasa lokal maupun BUMD/BU lokal bisa merasakan peningkatan hasil usahanya. Juga berberapa infrastrukur yang digunakan untuk fasilitas penunjang operasi bisa digunakan bersama masyarakat daerah operasi.
Terjaganya pasokan minyak bumi untuk BBM dan pasokan gas untuk bahan bakar kelistrikan menjadi bagian dari dampak positif. “Terbukanya peluang berbisnis bagi industri turunan, karena adanya sumber energi yang ditemukan, seperti yang akan dilakukan PT Pupuk Indonsia di Bintuni, adalah melengkapi siklus 12 manfaat positif adanya kegiatan hulu migas di daerah,” tutup Galih menjelaskan. (rls/kp1)