MANOKWARI,KLIKPAPUA.COM– Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Papua Barat dr. Arnoldus Tiniap mengapresiaasi Dinas Kesehatan Kabupaten Fakfak yang secara cepat menyediakan Karantina Terpusat untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Menurut dr. Arnold, dirinya akan mengkonfirmasi pengalaman dari Fakfak, bagaimana mereka secara mandiri melakukan Karantina Terpusat itu.”Hal-hal apa saja yang mereka persiapkan, sudah sejauh mana mereka melaksanakan karantina, sehingga teman-teman wartawan bisa mendengar langsung dari Kepala Dinas Kesehatan Fakfak, “ ungkap dr. Arnold melalui vicon bersama, Jumat (22/5/2020).
Kepala Dinas Kesehatan Fakfak Gondo Suprapto melalui vicon mengatakan kronologi terlaksananya karantina terpusat dilakukan di Fakfak setelah mereka lakukan pembatasan wilayah. “Tidak ada arus penumpang baik pesawat maupun kapal masuk dan keluar dari dan ke Fakfak pertanggal 26 Maret 2020. Maka kami menyediakan tempat yang digunakan untuk penampungan bagi orang-orang yang masuk ke Fakfak secara illegal (tidak melewati jalur resmi), ternyata tanggal 29 Maret sudah masuk 19 orang melalui jalur laut menggunakan speedboat, sejak itu 19 orang tersebut dimasukkan dalam karantina terpusat,” jelasnya.
Kabupaten Fakfak mempunyai dua tempat Karantina Terpusat, Balai Pendidikan dan Latihan (Diklat) Pemda Fakfak yang dikelola Badan Kepegawaiaan dan SDM Kabupaten Fakfak, kedua di BLK Torea. “Jadi di situ ada tempat tidur, ruang rapat, ruang belajar yang kami rubah sebelumnya. Sehingga kami bagi ruangan untuk putra dan putri. Kami sudah mulai pertama dari tanggal 29 Maret, 19 orang itu kami pisahkan dengan tempat tidur yang berjarak satu meter dibagi laki-laki dan perempuan pada ruang berbeda,’’ ungkap Gondo.
Lebih lanjut dijelaskan sejak Karantina Terpusat dijaga oleh petugas dari kesehatan, Sat Pol PP, TNI/Polri juga ada cleaning service. Petugas ini memantau pergerakan peserta Karantina Terpusat. “Pasien-pasien tadi kita pantau selama 7-14 hari tidak ada gejala maka kita lepaskan kembalikan mereka dan buat surat keterangan, karena ada stigma di masyarakat bahwa masyarakat sudah takut dengan orang dari daerah terjangkit, mereka takut sekali, sehingga kami cari jalan mereka Karantina Terpusat,’’ tambah Kadis Kesehatan Fakfak.
Selain dari 19 orang, selanjutnya ada yang datang dengan menggunakan kapal KM.Kalabia sebanyak 70 orang dari Sorong dan di masukkan ke dalam Karantina Khusus dan dilakukan pemeriksan rapid test, namun hanya ada satu yang reaktif, sehingga dipisahkan di Balai Latihan Kerja (BLK) Torea. “Dekat bandara memang berbentukan asrama-asrama,” bebernya.
Menurut mengakuan Gondo, awalnya membuat Karantina Terpusat sempat menemui kendala, banyak penolakan dari warga setempat, namun setelah diberikan penjelasan, masyarakat dapat memahami tentang bagaimana penularan dan pencegahan Covid-19. “Pasien yang tersisa di Karantina Terpusat hanya ada 5 orang dari 150 orang pasien, 5 pasien tersebut kita masih menunggu hasil swabnya dari Makassar,” pungkasnya.(aa/bm)