KLIKPAPUA.COM, MANOKWARI– Bank Indonesia perwakilan Papua Barat sudah pernah menyurat ke maskapai Garuda agar dapat mempertimbangkan rute penerbangan ke Manokwari. Saat ini Garuda hanya berhenti di Kota Sorong. Padahal sebelumnya melayani Manokwari hingga ke Jayapura.
“Waktu itu kami sudah coba menjembatani, supaya Garuda tetap ketemu pak gubernur. Dan alangka baiknya pemerintah juga memberikan surat, dengan pertimbangan pertama, satu ini ibukota provinsi. Kedua kondisi geografis kita ini memang yang paling memungkingkan dengan angkutan udara,” kata Kepala BI Perwakilan Papua Barat, S.Donny H.Heatubun kepada awak media, Selasa (9/7/2019) di Manokwari.
Sebab untuk menjaga perekonomian tetap bagus, tentu momilitasnya juga harus bagus. Baik dari sisi manusianya, jasa maupun produksinya. “Supaya perekonomian kita bisa maju lebih cepat. Kalau mobilisasinya tinggi,” kata Donny.
Karena dengan tingginya harga tiket pesawat sejak Desember lalu, ditambah kurangnya pesawat yang mendarat di Manokwari, tentu akan berdampak pada semakin mahalnya harga tiket pesawat.
“Dengan harga tiket naik, kemudian suplay bangkunya dikurangi, maka secara otomatis harga itu tidak mungkin akan turun. Karena dari suplai bangkunya sudah dikecilin. Jadi tiket yang ada itu, tidak ada pilihan lain. Ya cuma adanya itu, ya kalau ada persaingan, minimal ada pilihan. Kalau mahal, ya sekalian mahal sekalian, jangan tanggung-tanggung,” ujar Donny.
Namun menurut informasi yang diterima, Garuda hanya akan membekuhkan penerbangan ke Manokwari sampai 27 Oktober 2019. “Setelah itu akan masuk kembali. Tapi nanti kita lihat saja nanti,” tuturnya.
Diketahui inflasi tertinggi adalah di tiket pesawat. Itu terjadi pada saat Natal dan Tahun Baru. Dan pada Januari hingga Februari kenaikannya tidak terlihat, karena memang harga tiket sudah naik. “Tapi pada saat Lebaran cukup terasa. Dan menjadi penyumbang inflasi ke 5 di Manokwari. Tapi lucunya di Sorong tidak terasa. Tapi begitu lewat ke Juni, Sorong terasa. Di Manokwari malah tidak ada. Dengan kata lain, lama-lama tidak menjadi isu lagi. Karena memang sudah tinggi. Jadi bukan seperti lonjakan pertama itu,” jelasnya.
Editor: BUSTAM