MANOKWARI, KLIKPAPUA.com- George Mansumber salah seorang Kader malaria di kampung Waroser, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel) Memiliki cita-cita memberantas penyakit malaria di kampungnya.
Meski baru 2 tahun terpilih dan bertugas menjadi kader malaria, namun semangat dan kegigihannya patut diacungi jempol.
Tingginya angka penyakit malaria di Kabupaten Mansel, memotivasi dia berupaya memutus mata rantai penyakit menular ini.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Papua Barat, tahun ini Janari hingga Mei di kabupaten Mansel terdapat 465 kasus, dan terbanyak di RSUD Elia Waran dengan 117 kasus. Untuk di Puskesmas Oransbari sejak Januari-Mei tercatat 9 kasus malaria.
Melihat tingginya kasus malaria di daerahnya ini, George ingin memberantas mulai dari kampunya. Kadang, dia tidak memperdulikan ongkos transportasi untuk melayani masyarakat di wilayahnya. Meski harus merogoh uang pribadi demi melayani.
Mengabdikan diri sebagai kader malaria adalah sesuatu yang jauh dari benak dan jangkauan pikirannya sebelumnya. Niat dan tekatnya ini, tumbuh ketika dia mendapat pelatihan dan wawasan tentang malaria oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat.
George, telah dilatih layaknya seorang tenaga kesehatan. Bagaimana tidak, selain memeriksa pasien dia bisa mengobati memberikan dosis obat kepada pasiennya hingga merujuk ke Rumah Sakit.
“Saya baru dua tahun menjadi kader malaria di kampung ini,” ucapnya sembari mengaku sudah melayani puluhan pasien.
“Tahun ini ada 10 orang yang positif, kasus malaria di Oransbari memang masih tinggi,” sambungnya.
Hanya satu yang dia inginkan, kampungnya bisa terbebas dari penyakit melaria, masyarakat semakin sadar menjaga lingkungan dari perkembangbiakan nyamuk, masyarakat terbiasa menggunakan kelambu.
Dengan demikian, Mansel bisa mendapatkan sertifikasi eliminasi malaria seperti yang ditargetkan Pemerintah Provinsi Papua Barat pada tahun 2027 tereliminasi malaria.
Ketika disambangi tim penilai eliminasi malaria Dinkes Papua Barat di kediamannya, George mengaku rela menggunakan anggaran pribadi demi memenuhi panggilan masyarakat yang sakit. Dia, melayani pasien layaknya petugas nakes.
Ketia ditanya tim penilai eliminasi malaria Dinkes Papua Barat, Edi Sunandar, “ini kan tidak ada biaya transportasinya. Bagaiamana George melayani masyarakat yang harus ditempuh menggunakan kendaraan?
Sambil tersenyum dia mengaku, “saya punya motor sendiri, biasa pakai uang pribadi untuk beli bensin (BBM), sudah biasa ini kan juga masyarakat saya,” cetusnya.
Mendengar hal itu, Edi pun terteguh melihat semangat George, seraya berharap dapat menjadi contoh teladan bagi kader lainnya, bekerja dengan hati tampa mengaharap imbalan.
Sedikit harapan, dengan adanya dana desa sedikit dapat dialokasikan untuk penanganan malaria di daerahnya.
“Tahun ini memang belum ada dukungan dana desa baik itu untuk honor kepada kader, selama ini masih di poskan ke kader Posyandu untuk menangani stunting, kita sudah diskusi nanti akan ada dukungan dari dana desa untuk para kader malaria,” tukasnya.
Minimnya honor yang didapat tidak menghentikan langkahnya mendampingi dan memantau kondisi masyarakat setempat.(dra)