MANOKWARI,KLIKPAPUA.com–Kapolda Papua Barat, Irjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga perintahkan Kapolresta Manokwari beserta jajaran untuk mencari keberadaan 44 senjata api rakitan (senpi) yang sudah di diperjualbelikan.
“Saya perintahkan Kapolres mencari sisa senjata sudah dijual. Kalau bisa dapat sebanyak-banyaknya,” kata Silitonga kepada wartawan, Senin (23/10/2023).
Ia menjelaskan, dari hasil pemeriksaan Satreskrim Polresta Manokwari ada sekitar 44 senjata api yang telah diproduksi, kemudian di perjualan belikan kepada masyarakat. “Kita akan terus kejar pelakunya, segera di tangkap agar senjata itu sita. Lantaran senjata ini sangat berbahaya,” jelasnya.
Terkait dugaan amunusi yang dibeli di oknum aparat, Kapolda belum bisa memastikan. Sementara masih didalami. “Ini kita sedang dalami lagi apakah ada keterlibatan atau tidak,” katanya.
Menurutnya, setelah dicek teryata amunisi peluru itu sudah pernah ditembakan. Itu yang di gunakan sebagai mengukur larasnya. “Kalau kita reka ulang itu, memang amunisi kaliber 5,6 masuk sesuai larasnya,” tuturnya.
Ia menuturkan, berdasarkan hasil pemeriksaan pelaku memproduksi pembuatan senjata dengan cara otodidak. Mereka ini sudah pernah dapatkan senpi kemudian mereka menirunya. “Mereka buat senjata cara otodidak. Tapi alibih disampaikan pelaku. Namun Kita dalami lagi. Ada yang mengajarkan mereka membuat senjata rakitan itu,” tuturnya.
Dikatakan, peralatan yang didapat yakni bor, alat pemotong serta alat lainnya yang gunakan untuk merakit senjata tersebut. “Kemungkinan, cara pengukuran dan bubuk alat cukup membuat senjata.Yang pastinya mereka ini adalah komplotan sindikat senjata api beraviali di Manokwari,” ujarnya
Lebih lanjut dikatakan, pelaku yang ditangkap bertugas memasarkan, ada pula yang memproduksi. Menurut Silitonga, mereka memasuk senjata lebih dari itu. “Ini akan di dalami apakah sejumlah itu hasil pengakuan mereka ataukah lebih dari persebaran mereka jual,” ungkapnya.
Awalnya, menurut palaku mereka iseng-isent saja, karena harga jual senjata rakitan cukup mahal, satu pucuk senjata berkisar Rp. 10 hingga 15 juta. Mereka bisa produksi satu minggu satu pucuk senjata. “Bayangkan kalau 44 senjata dijual, mereka meraih keuntungan Rp600 juta.Kami telusuri itu kita akan tangkap,” tegasnya. (ar)