dr.Arnold: OTG Terus Meningkat, Harus Ada Tempat Karantina

0
Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Papua Barat dr. Arnoldus Tiniap. (Foto: Aufrida/klikpapua)
MANOKWARI,KLIKPAPUA.COM– Pemerintah Provinsi Papua Barat melalui Gugus Tugas Covid-19 Papua Barat melaporkan data OTG selalu meningkat dibandingkan ODP dan PDP. “OTG itu berarti mereka yang punya kontak dekat dengan yang pasien positif, jadi kalau kita lihat makin hari ada tambahan positif terutama dari kabupaten yang banyak mengambil spesimen dan diperiksa itu, pasti dari kabupaten itu ada tambahan OTG yang cukup signifikan,”  jelas Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Papua Barat dr. Arnoldus Tiniap dalam keterangan persnya, Kamis (21/5/2020).
dr.Arnold—biasa ia disapa mengatakan, semakin bertambahnya OTG perlu juga diantisipasi. Ini berarti harus banyak yang melakukan pemeriksaan, karena OTG itu memerlukan identitas.
Menurutnya, fasilitas karantina harus betul-betul disiapkan terutama di daerah-daerah yang fasilitas rumah sakitnya sangat terbatas, dari sisi ruang isolasi, dari tenaga kesehatan sehingga fasilitas karantina. “Dan masyarakat yang diluar kesehatan pun bisa terlibat. Jadi tidak hanya oleh petugas kesehatan, tetapi bisa melibatkan masyarakat lain. Itu yang nanti perlu kita dorong kedepan, tetapi kalau dilihat beberapa kabupaten sudah mulai, misalnya di Fakfak, Teluk Wondama, Bintuni, Kota Sorong, ternyata teman-teman di Kabupaten Sorong pun sudah. Untuk  Kabupaten Sorong itu tadi informasi nya mereka sampaikan mereka ada tiga tempat yang sudah mulai operasikan pada pertengahan April lalu,” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, di Kabupaten Sorong selain hasil yang positif mereka sudah klasifikasi, termasuk juga melakukan repid test yang positif dari masyarakat umum, dan itu juga dimasukkan di karantina terpusat, termasuk kasus swap positif yang tanpa gejala juga dimasukkan selain di Rumah Sakit Kabupaten Sorong.
”Jadi memang ini kita harus berfikir sama-sama, teman-teman dari kabupaten, dari provinsi untuk betul-betul kita bisa mensosialisasikan dan advokasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat, sebab ada juga masyarakat yang melihat bahwa kalau positif itu harus sakit, jadi pemahaman itu yang kita amati dalam beberapa waktu, kita lihat bahwa masyarakat menganggap kalau dia positif harus dia sakit dulu baru dibawah ke RS. Mereka tidak sadar bahwa 80% lebih orang yang positif itu, yang terinfeksi itu, itu memang tidak bergejala, termasuk di Papua Barat,” ucap dr Arnold.
Menurutnya jika kembali diamati sebagian besar  pasien positif itu berasal dari OTG, orang-orang yang tanpa ada keluhan sama sekali. “Memang betul kita mungkin merasa kita sehat, kita tidak perlu pergi ke fasilitas di karantina atau di RS, tapi yang paling penting itu kita harus memastikan kita tidak menjadi sumber penularan kepada orang lain. Tapi yang bertahan di rumah atau ditempat dimana kita tidak melakukan protokol kesehatan dengan baik, berarti kita akan menjadi sumber penularan bagi orang lain,” tegasnya.
Sehingga konsep untuk karantina mandiri di rumah sangat tidak efisien dan susah untuk diterapkan karena tidak bisa menjamin untuk OTG ini tidak melakukan kontak langsung dengan orang di sekitarnya. “Kita tidak akan tau untuk aktifitasnya, sehingga sangat penting untuk adanya karantina terpusat,” tutupnya.(aa/bm)
Editor: BUSTAM

 


Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.