Ada 9 Ribu Nakes yang Mendaftar Vaksin Covid-19, Tapi Tidak Semuanya Teregister

0
Direktur Rumah Sakit Provinsi Papua Barat, dr Arnold Tiniap. (Foto: Aufrida/klikpapua)
MANOKWARI,KLIKPAPUA.com– 7.160 dosis vaksin gelombang pertama diperuntukan untuk tiga daerah yakni Kabupaten Manokwari, Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari Selatan, termasuk di dalamnya Provinsi Papua Barat. “Fokus kita yang gelombang pertama vaksin yang pertama untuk tenaga kesehatan,  kemudian yang kedua nantinya  untuk pelayanan publik, tokoh-tokoh yang sering berinteraksi dengan banyak orang,”
kata Direktur Rumah Sakit Provinsi  Papua Barat, dr Arnold Tiniap saat ditemui usai melakukan vaksinasi di RS Provunsi,  Kamis (14/01/2021). Menurutnya louncing yang saat ini dilakukan dipilih beberapa orang atau perwakilan tokoh yang memenuhi kriteria. Seperti misalnya Gubernur siap untuk divaksin, tapi karena vaksin yang dikirim pertama ini adalah vaksin Sinovac yang cuma diujicobakan  di antara usia 18 – 59 tahun. Sementara Gubernur sudah 61 tahun. “Sehingga nanti menunggu vaksin yang lain, yang memang spesifik untuk usia di atas 60 tahun,” katanya.
Pendistribusian vaksin ke daerah, tinggal menerima apa yang disiapkan oleh pemerintah pusat. “Memang di pusat itu ada memesan sekitar 5 jenis vaksin, yang di antaranya juga ada yang bisa diperuntukkan untuk usia di atas 60 tahun, dan di bawah 18 tahun, namun kami menunggu saja untuk kapan baksin itu datang sesuai dengan kelompok umur baru dilaksanakan,” ujar dr. Arnold.
Direncanakan vaksin berikutnya akan dikirim pada 2 Februari  mendatang,  dan untuk saat ini tidak semua nakes bisa mengisi formulir teregister dan mendapat vaksinasi. Menurut dr. Arnold pada prinsipnya pemberian vaksin ini akan dilakukan dua kali, pertama dan kedua dalam kurun waktu paling sedikit 14 hari.
Ia menyampaikan hingga kemarin ada sekitar 9 ribu nakes yang sudah mendaftar,  namun semua nakes yang ada tidak langsung teregister di pusat, karena harus mengisi data secara sistem di pusat. “Jadi masing-masing nakes nanti kalau sudah menginput baru muncul daftar keseluruhan, yang sebenarnya daftar itu dari awal sistem itu sudah di buat oleh BPJS,” ungkapnya.
dr. Arnold menambahkan, perlu diketahui oleh masyarakat vaksin atau imunisasi itu untuk melemahkan kumam, tapi dalam dosis yang kecil. Berbeda dengan infeksi alami, infeksi alami itu artinya tubuh ini terinfeksi oleh kuman dengan dosis yang maksimal langsung masuk dan kemudian tubuh dipaksa untuk membuat imun sistem kekebalan. “Itu bisa terjadi contoh untuk mereka yang terinfeksi Covid secara alami,” jelasnya.
Untuk vaksinasi atau imunisasi itu karena kumannya dilemahkan jadi efeknya ada, sehingga efek samping bisa terjadi. “Makanya dari pertama pada saat penyuntikan akan terasa sakit, bengkak kemudian biasanya kalau selang satu hari ada panas mungkin pegal-pegal, itu sesuatu yang normal,” tuturnya.
Untuk sistem pengamanan itu ada namanya komdakipi (komite daerah kejadian ikutan paska imunisasi). Kejadian ikutan itu artinya sama dengan infektasi. “Jadi setelah kita vaksin kemudian dalam kurun waktu tertentu akan timbul keluhan dari orang tersebut,” ungkapnya.
Lanjut dr.Arnold, Komda terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam, spesialis anak, yang akan memantu, dalam kurun waktu tertentu, sehingga bagi mereka yang diberikan imunisasi jika ada keluhan yang lebih dari yang normal akan langsung ditangani. “Jadi sebenarnya tidak perlu di khawatirkan. Pada saat pelaksanaan tadi ada Komdakipi juga hadir. Nanti di setiap fasilitas kesehatan di tempat yang dilaksanakan vaksinasi ada teman dari Komdakipi yang mengawasi. Komdakipi terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam, spesialis anak, dokter umum dan tenaga kesehatan yang lain, ” pungkasnya.(aa)

Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.