JAKARTA,KLIKPAPUA.com–-Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) terus mendorong agar para pemimpin generasi emas 2045 memiliki wawasan kepemimpinan global. Bekal tersebut dinilai penting dimiliki sebagai modal dalam merespons tantangan zaman yang semakin kompleks.
“Maka pikiran-pikiran warga bangsa negara itu harus dipelihara terus, di-maintenance, dikelola. Karena yang namanya virus peradaban, virus pikiran itu sewaktu-waktu juga datang,” ujar Ketua Umum MIPI Bahtiar dalam sambutannya pada acara Kick-Off Prominent Leaders Academy Program di Menara Peninsula Hotel, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Lebih lanjut, Bahtiar menuturkan perkembangan demokrasi yang dirasakan bangsa Indonesia terus mengalami pergerakan dinamis. Hal tersebut perlu didukung dengan penguatan iklim demokrasi di segala lini, termasuk dari organisasi kemasyarakatan. Oleh karena itu, Bahtiar mengapresiasi adanya penguatan demokrasi, yang salah satunya terwujud dari sejumlah konten podcast di Youtube. Hal itu, kata dia, bakal memperkaya gagasan yang bisa mendukung penguatan iklim demokrasi.
“Intinya adalah persoalan demokrasi hari ini adalah soal demokratisasi ide. Orang sudah mulai takut berdebat dengan dosennya. Kenapa takut debat dengan dosennya? Karena mungkin dia (mahasiswa) kurang membaca,” beber Bahtiar.
Pada kesempatan itu, Bahtiar kembali menekankan kepada seluruh pegiat organisasi kemasyarakatan untuk mempersiapkan diri menghadapi Indonesia Emas 2045. Dia mengimbau agar para generasi muda betul-betul meningkatkan kapasitasnya. Hal ini sebagai bentuk menghindari adanya potensi kegagalan dalam mengoptimalkan peran generasi emas.
Dirinya mencontohkan, sejumlah negara diketahui mengalami kegagalan dalam memanfaatkan potensi generasi produktif. Kondisi itu juga ditambah dengan meningkatnya kasus dan angka kriminalitas di kawasan itu. Bahtiar mewanti-wanti agar kondisi tersebut dapat dijadikan pelajaran oleh generasi muda di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Bahtiar juga memacu para generasi muda agar dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba. Pasalnya, penggunaan narkoba dinilai telah terbukti membawa kerugian bagi bangsa dan negara, khususnya terhadap generasi muda.
“Data menunjukkan seluruh negara di dunia hari ini, yang toleran terhadap narkoba bukannya pendapatan negara atau PDB-nya naik, atau kesejahteraannya naik, tetapi yang naik adalah jumlah kriminalnya. Ini nyata-nyata menjadi ancaman bagi generasi muda kita,” pungkas Bahtiar. (rls)