MANSEL,KLIKPAPUA.com–Kepala Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (KB) Kabupaten Manokwari Selatan, Agus Saiba, mengajak masyarakat Manokwari Selatan untuk mencegah pernikahan usia dini, untuk menekan terjadinya kasus stunting baru.
“Program penurunan stunting oleh pemerintah bertujuan mencegah terjadinya gizi buruk pada anak. Nah, salah salah satu penyebab terjadinya stunting, karena pernikahan usia anak,” kata Agus Saiba, Selasa (20/6/2023).
Agus mengimbau kepada pemuda-pemudi di Manokwari Selatan sebelum melakukan pernikahan, sebaiknya mantapkan diri lebih dulu.
“Usia harus matang, artinya pemikiran untuk merencanakan masa depan sudah terbuka, sehingga nantinya ketika sudah menikah dan punya anak, bisa bertanggung jawab dalam mengurus anak, sehingga anak buah perkawinan Tuhan berikan tidak terlantar, bisa berikan asupan makanan gizi dengan baik, terutama dalam masa pendidikannya,” katanya.
“Jangan asal menikah, boleh menikah tapi kita harus tunggu usia sudah matang dengan artian sudah memiliki penghasilan tetap atau sumber-sumber penghasilan lain dan tidak bergantung kepada orang tua lagi,” tambahnya.
Ia berharap orang tua dan pemuda-pemudi di Manokwari Selatan, harus siapkan sumberdaya manusia dan keluarga berkualitas, cerdas, pintar dan dibekali asupan gizi secara baik serta mendukung pendidikan anak.
“Mari kita siapkan SDM berkualitas mulai dari keluarga dengan dibina, didik dan asah kemampuan anak,” ajaknya.
Oktovianus Hemar, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (KB) menuturkan, dalam pengendalian stunting Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana mempunyai tugas penanganan sensitif dengan cara bagaimana merubah pola hidup sehingga tidak masuk dalam stunting.
“Tugas kami dalam mencegah stunting adalah memberikan sosialisasi dan merubah perilaku hidup dengan pola mencegah perkawinan usia dini di tingkat distrik dan ke sekolah-sekolah,itu sudah kami lakukan.
Sosialisasi sudah kita laksanakan kepada masyarakat di 6 distrik agar usia 16 tahun sampai 19, diharapkan untuk tidak hamil atau melahirkan. Itu upaya sudah kami lakukan tetapi pada kenyataan tidak dilaksanakan. Hal tersebut, karena pergaulan bebas dan kurang kontrol dari orang tua,” ujarnya.
Selain itu,mereka juga melaksanakan kegiatan bagi remaja dan Ibu hamil,dengan memberikan penyuluhan penanganan seribu hari kehidupan, dimana ibu lagi hamil harus diberikan asupan gizi dengan baik, dan berikan kenyamanan serta pemeriksaan kandungan kehamilan.
“Untuk penanganan seribu hari kehidupan di mulai dari sejak hamil sampai anak usia 2 tahun, dan itu kita usahakan ibu dalam tenggang waktu tersebut jangan hamil dulu, namun pada kenyataan tidak. Sebenarnya permasalahan kita hadapi karena persoalan adat di sini sebab terkadang anak baru masih sekolah, orang tua sudah antar mas kawin,” ungkapnya. (eap)