JAKARTA,KLIKPAPUA.com— Universal Peace Federation mengadakan pertemuan khusus bertajuk UPF New Year’s Gathering, di Ruang Majapahit Hotel Borobudur, Jakarta, Indonesia, pada tanggal 22 Januari 2022. Pertemuan yang mengangkat tema “Peran Bisnis dan Media untuk Perdamaian di dalam Negeri, Semenanjung Korea, Asia Pasifik dan Dunia” ini digagas untuk mempererat hubungan antara Peace Associates dan Peace Ambassadors (Duta Perdamaian) UPF, yang menandai awal tahun 2022 yang penuh harapan terlepas dari perjuangan yang kita semua hadapi di masa pandemi Covid-19 yang penuh tantangan ini.
Acara yang juga dihadiri oleh peserta online melalui platform zoom ini menampilkan inisiatif baru dari Universal Peace Federations (UPF), Think Tank 2022 for Indonesia, yang berupaya membangun strategi global untuk terobosan besar bagi perdamaian pada akhir tahun 2022; adalah salah satu tujuan utama UPF untuk mencapai reunifikasi damai Korea seperti yang menjadi visi pendiri UPF, Father dan Mother Moon. Mereka menggambarkan ini sebagai batu loncatan penting untuk mencapai perdamaian di dunia. Inisiatif ini muncul di atas dasar investasi tulus dan upaya penuh pengorbanan selama beberapa dekade, terutama setelah pertemuan para pendiri UPF dengan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Il Sung di Pyongyang sekitar 30 tahun yang lalu.
Wakil Ketua UPF Indonesia, Prof. Dr. Payaman Simanjuntak menyambut baik seluruh peserta yang hadir baik yang hadir langsung maupun peserta online. Hon. Ek Nath Dhakal, Ketua UPF Asia Pasifik, kemudian menyampaikan Opening Remarks di mana beliau menyampaikan apresiasi UPF kepada para VIP dan delegasi tingkat tinggi yang mendukung pembicaraan dan program perdamaian dan juga menyampaikan update tentang KTT mendatang pada bulan Februari yang akan berlangsung di Korea dengan para pemimpin tingkat tinggi dan kepala negara.
“Bagi saya, kemanusiaan adalah satu, dan tidak memiliki warna. Ketika kita berbicara dari hati nurani kita yang terdalam, maka kita menemukan bahwa kemanusiaan melampaui semua agama, kepercayaan, aliran, bahkan politik, dll. Oleh karena itu, kita perlu memupuk rasa kemanusiaan ini agar bisa tetap hidup di dalam diri kita masing-masing,” ungkap Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, M.A. mengatakan saat memberikan Bimbingan Spiritual pada acara tersebut. “Saya sungguh sangat yakin, semakin kita mendengarkan hati nurani, maka semakin kita berkontribusi besar untuk terciptanya bangsa-bangsa yang lebih damai.”
Sesi Think Tank 2022 Indonesia, yang dipandu oleh Bapak Alfred Forno, Sekretaris Jenderal UPF untuk Indonesia, ditutup dengan sambutan VIP dan Pesan Utama yang disampaikan oleh Hon. Yasril A. Baharuddin, Ketua IAPP Indonesia, Yasril menghimbau khususnya kepada para pemimpin usaha dan media untuk bersatu padu membangun perdamaian di berbagai tingkatan hingga kita dapat mencapainya di tingkat dunia. Beliau mendorong kita semua untuk mengabdikan diri kita di bidang masing-masing untuk menemukan kedamaian sebagaimana beliau mengutip apa yang dikatakan oleh pendiri UPF, Dr. Hak Ja Han Moon, Ibu Perdamaian, “Aku akan mengabdikan sisa hidupku untuk mengakhiri perang, asusila dan keserakahan, dan membebaskan hati Tuhan sehingga kita dapat membangun dunia yang penuh dengan kedamaian dan cinta sejati yang melimpah.”
Pada kesempatan yang sama, pada sesi peresemian yang dipandu oleh Bapak Petrus Lakonawa, M.Th., Duta Perdamaian UPF dan Sekretaris Jenderal IAPD Indonesia, UPF meluncurkan International Association for Peace and Economic Development (IAED), dengan Dr. Jessica Natalia Widjaja sebagai presiden, dan juga International Media Association for Peace (IMAP), dengan Mr. Mercys Charles Loho sebagai presidennya. IAED dan IMAP adalah dua cabang UPF di samping IAPP dan IAPD yang telah diluncurkan masing-masing pada 2018 dan 2021. Dr. Jessica menyebutkan betapa pentingnya para pemimpin bisnis untuk memiliki kesempatan dan tanggung jawab untuk bekerja sama dengan sektor masyarakat lainnya agar dunia ini dapat diciptakan menjadi tempat tinggal yang lebih baik.
“Kami menegaskan niat kami untuk bekerja sama demi menciptakan keluarga bangsa-bangsa, sebuah dunia damai yang lebih baik, dan manusia berkembang berdasarkan prinsip interdependensi, kemakmuran bersama, dan nilai-nilai universal,” kata Dr. Jessica. Di sisi lain, Mercys Charles Loho yang juga saat ini menjabat Humas dari Persatuan Wartawan Indonesia mengungkapkan keyakinannya bahwa dengan diluncurkannya IMAP Indonesia media akan berperan penting sebagai ujung tombak perdamaian yang dimulai dari Indonesia. “Saya berkeyakinan bahwa dengan hadirnya UPF, yang di dalamnya diluncurkan IMAP Indonesia, saya akan banyak melibatkan rekan-rekan media dari Sabang sampai Merauke untuk bergandengan tangan bersama-sama menggaungkan suara perdamaian dunia dari Indonesia, bersama UPF dan jaringannya juga,” lanjut Mercys.
Sebagai penutup peresmian IAED dan IMAP, empat ucapan selamat diberikan oleh para pemimpin lokal dan internasional. Dalam sambutannya, Pres. Masaichi Hori, Presiden Family Federation for World Peace and Unification Asia Pasifik 2, menyampaikan harapannya agar Indonesia yang mulai membangun babak baru, akan berperan besar sebagai pembawa bendera di era baru Asia Pasifik. Dr. Robert S. Kittel, Koordinator IMAP Asia Pasifik, menekankan pentingnya Media yang terus mendidik kita setelah pendidikan formal kita selesai. “Sebagaimana pendidikan itu penting untuk mengembangkan karakter anak muda kita, keahlian, dan pemahaman tentang dunia di sekitar mereka, media memainkan peran ini dalam masyarakat. Ini sangat penting,” kata Dr. Kittel. Ibu Ursula McLackland, Sekretaris Jenderal UPF Asia Pasifik, memberikan ucapan selamat yang ke-3. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan penyesalannya karena tidak bisa menghadiri acara ini secara fisik karena sangat mengenal Indonesia setelah 10 tahun tinggal di negara tercinta Indonesia. Sebagai penutup, Bapak Louis Pakaila, seorang pengusaha dan Ketua Dewan Penasehat PEWARNA Indonesia, mengungkapkan bahwa Indonesia sedang dihancurkan oleh sekelompok kecil-kecil masyarakat, kita perlu menempatkan media di baris depan sebagai salah satu cara untuk memecahkan masalah untuk mencapai perdamaian.
Karya UPF secara global bertujuan untuk mempromosikan dialog konstruktif di antara para pemimpin dari semua sektor dan dengan keragaman sudut pandang politik, filosofis dan ideologis. Di dunia yang terlalu sering dicirikan oleh polarisasi dan keengganan untuk secara hormat terlibat dengan mereka yang mewakili “pihak lain”, UPF berusaha untuk mendorong dialog yang lebih luas — sebuah ekumenisme politik yang meruntuhkan hambatan dan memetakan jalan menuju rasa saling menghormati dan memahami. Tidak ada tempat yang lebih membutuhkan pendekatan seperti itu daripada di Semenanjung Korea. Untuk alasan ini, UPF terlibat dengan para pemimpin negara dan partai politik yang bersekutu dengan Korea Utara dan Selatan dan dipandu oleh prinsip-prinsip kehormatan, kesopanan, dan komitmen untuk rekonsiliasi.(rls)