BINTUNI,KLIKPAPUA.COM – Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni mencatat ada enam orang di wilayahnya menderita penyakit kaki gajah (lymphatic filariasis).
Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Puskesmas Bintuni, dr. Bona Manik, Rabu (12/2/2020) mengatakan warga yang terjangkit penyakit Kaki Gajah tersebar di beberapa kampung.
“Penangananya tetap meminum obat filariasis, tapi untuk penyembuhan secara total tidak bisa,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya.
Dikatakannya dari 6 warga penderita penyakit kaki gajah itu diakibatkan oleh cacing mikrofilaria yang menularannya melalui gigitan semua jenis nyamuk. Rata – rata umur penderita diatas 50 tahun, namun dari 6 warga tersebut ada yang masih muda umur 28 tahun.
Dala rangka mencegah penyebaran penyakit Kaki Gajah, Puskesmas Bintuni telah menjalankan program nasional memberikan obat penyakit Kaki Gajah.
“Di Bintuni sudah memasuki tahun ke 4, tahun ini merupakan tahun ke 5,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa terkait program Kaki Gajah, pada tahun ini ada program tambahan dari pusat yakni program kecacingan. Sasarannya warga umur 1- 15 tahun, yang diberikan obat dua kali dalam setahun.
“Teknisnya kami masih menunggu dari arahan dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, karena Dinas Kesehatan provinsi belum mengeluarkan Juknis (Petunjuk Teknis),” katanya lagi.
Bona mengungkapkan setelah nantinya program lima tahun terus menerus memberikan obat Kaki Gajah, selanjutnya akan ada uji dari tim kesehatan. Apabila cacing mikrofilaria tidak ditemukan maka program ini bisa dinyatakan berhasil. (at/bm)