SORONG,KLIKPAPUA.com—SKK Migas Pamalu bersama anggota DPD-RI Yance Samonsabra berbagi pengalaman bersama para pendamping desa yang menjadi bagian dari Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi Papua Barat.
Bertempat di Sorong, giat koordinasi untuk meningkatkan kapasitas para pendamping desa yang dibentuk oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KEMENDES) diadakan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, Jumat (28/10/21).
Hadir bersama anggota DPD RI Dapil Papua Barat, Yance Samonsabra, SKK Migas Perwakilan Papua & Maluku (Pamalu), Petrogas Basin – Island dan Pertamina EP Field Papua. Dan diikuti lebih dari 40 peserta pendamping desa P3MD yang berasal dari Kabupaten Sorong, Teluk Bintuni, Maybrat, Tambraw, Sorong Selatan dan Raja Ampat.
Dalam sambutannya, Senator Papua Barat, Yance Samonsabra, yang juga pernah menjadi aktivis pendamping masyarakat desa di salah satu kabupaten di Papua Barat, menyatakan rasa syukurnya bahwa pertemuan dan diskusi bersama SKK Migas, Petrogas dan Pertamina EP dapat dilaksanakan.
“Kita sinergikan pengalaman pengalaman para pendamping masyarakat dengan pengalaman industri hulu migas dalam melakukan Program Pengembangan Masyarakat (PPM), sehingga potensi diri masyarakat dapat dikembangkan melalui Bumdes dan Bumkam,” jelasnya.
Pjs. Kepala Perwakilan SKK Migas Pamalu, Anggraitaputra Srijono menyampaikan bahwa SKK Migas dalam pengawasannya terus mendorong KKKS untuk melaksanakan kewajiban pengembangan masyarakat. Menurutnya, perwakilan SKK Migas Pamalu siap diberi masukan dan bisa memberikan masukan untuk bersinergi sesuai keadaan dan kondisi masyarakat.
Sementara itu, Kepala Departemen Humas Perwakilan SKK Migas Pamalu, Galih Agusetiawan, yang dimintakan sebagai narasumber untuk peningkatan kapasitas pendamping desa, terus memberikan semangat, agar para pendamping desa yang terjun langsung di tengah masyarakat perlu menguasai kemampuan, mudah beradaptasi dengan perkembangan yang ada, serta perlu membimbing masyarakat agar dapat membuka diri untuk bisa menemukan mitra-mitra yang nantinya dapat melakukan kolaborasi berwirausaha bersama.
Dalam materi yang dipaparkan, Galih menyampaikan bahwa para pendamping masyarakat desa perlu ikut menemukan apa saja yang akan menjadi kebutuhan dari masyarakat luas, terutama hal-hal yang belum terlihat potensinya di era saat ini, namun akan menjadi potensi di masa depan.
“Faktor lainnya yang harus juga diperhatikan ketika melakukan pengembangan masyarakat adalah melakukan monitoring terhadap kemajuan perjalanan dari rencana tujuan pengembangannya secara terus menerus,” tambah Galih.
Galih juga menekankan bahwa bila para pendamping desa telah dapat merubah pola berfikir masyarakat terhadap kebutuhan perlunya melakukan “Kemitraan Dalam Berusaha”, tentunya dapat tercermin dari perubahan nilai masyarakat yang dilandaskan dalam sikap-sikap positif, seperti telah memiliki kemampuan berorientasi untuk membuat kesepakatan saling memberikan kemenangan antar mitra, mampu saling mempercayai mitranya, selalu berorientasi ke masa depan, bisa merasa nyaman dengan adanya perubahan yang mungkin terjadi, maupun saling merasa nyaman bila memiliki ketergantungan, dan dapat membuka diri untuk saling menerima masukan perbaikan yang diberikan.
“SKK Migas dan KKKS melihat hal positif yang telah terjadi selama ini, atas telah dimilikinya Bumdes oleh beberapa desa pada wilayah yang berdekatan dengan kegiatan hulu migas, kedepannya kami juga berharap munculnya kemitraan yang berkelanjutan antar Bumdes, sehingga dapat terwujud rencana tahap ke II dari peraturan pemerintah tentang Bumdes yaitu munculnya Bumdes Bersama,” tutup Galih. (rls/bm)