Pj Gubernur Waterpauw: Kebiasaan Nikah Muda Harus Dihentikan

0
ANGGI,KLIKPAPUA.com— Pentingnya tumbuh kembang anak, agar terhindar dari masalah stunting. Remaja wanita wajib memahami tujuan berkeluarga dengan bijak. Pasalnya, jika tidak direncanakan dengan tepat, maka akan berdampak pada pendampingan serta pemenuhan gizi anak.
Demikian dikatakan Penjabat (Pj) Gubernur Papua Barat, Paulus Waterpauw saat bertemu para ibu dan anak-anak di Puskesmas Anggi, Kabupaten Pegunungan Arfak, Rabu.
Selain itu, para ibu harus sering mendatangi puskesmas untuk memeriksa kondisi ibu dan anak. Utamanya belajar dan menerima masukan dari tenaga medis dalam rangka menjaga kesehatan.
Waterpauw meminta kebiasaan kawin muda harus dihentikan dan dikaji secara seksama oleh pemerintah, agar tidak menimbulkan masalah sosial. Apalagi kesehatan kandungan wanita sangat pekah atau rentan, dengan masih usia dini artinya belum siap namun dipaksa, maka anak tumbuh tidak sesuai harapan.
“Menikah itu untuk kualitas air susu Ibu (ASI) yang baik pada 24-25 tahun dari segi kesehatan. Kalau masih SMA apalagi SMP ini kita harus rubah dia. Saya imbau orang tua semua tolong hentikan kawin muda, karena itu bagian banyak hal pengaruhi kehidupan,” jelas Pj. Gubernur.
Penjabat Ketua Tim Penggerak PKK Papua Barat, Ny. Roma Megawanti Pasaribu Waterpauw mengatakan pentinya untuk saling mengingatkan di antara orang tua maupun anak tentang menikah muda. Apalagi di era maju dengan teknologi yang mudah dapat berinteraksi dengan lancar dengan dunia luar dapat menambah wawasan, utamanya berkaitan gizi anak.
Para orang tua diingatkan untuk perhatikan kualitas gizi dan pemenuhan gizi anak. Selain itu hindari jajan berlebihan agar nafsu makan anak tetap terjaga.
“Masalah pernikahan dini jadi konsen kita bersama. Saling mengingatkan, sekarang segala sesuatu itu mungkin. Adik-adik remaja kalau mau tau apa yang terjadi diluar tinggal lihat di handphone,” ujarnya.
Bupati Pegunungan Arfak, Yosias Saroy membenarkan bahwa kebiasaan di daerahnya dikenal dengan menikah muda.
Kondisi itulah yang menyebabkan ada rasa malu untuk datang ke Puskesmas lantaran usia muda. Hal serupa juga berlanjut pada proses persalinan banyak ditangani secara tradisional.
“Bapak Pj lihat usia muda tapi sudah ibu-ibu, karena kita di sini ada yang kawin muda, ada yang SMP belum tamat atau SMA. Mereka malu, ada yang timbang dan melahirkan di puskesmas, ada yang tidak,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu juga diserahkan bantuan bibit holtikultura dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung Papua Barat bagi Kampung Tuabyam dan Demunti, Perangkat memasak oleh Ketua Tim Penggerak PKK, Obgyn Bed dari BKKBN Papua Barat dan Bantuan bahan pokok serta susu dari Pj Gubernur Papua Barat.(rls/red)


Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.