MANSEL,KLIKPAPUA.COM– Demi menghidupi keluarga, masyarakat Kampung Saimeba, Distrik Tahota rela berjalan kaki sepanjang 12 km untuk membeli kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Kepala Kampung Saimeba, Martinus Sayori saat ditemui klikpapua.com, Minggu (16/2/2020) di kampung tersebut menuturkan bahwa sebanyak empat kampung yang ada di Distrik Tahota, yang masih tertinggal adalah Kampung Saimeba.
Karena jalan menuju Kampung Saimeba sampai sekarang masih menggunakan jalan setapak melewati hutan. “Memang sudah ada di aspal sekitar 1 km depan mata jalan, tetapi tidak di lanjutkan,” jelasnya.
Sejak dulu sampai sekarang untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang ada di Saimeba harus berjalan kaki, mereka berbelanja bahan makanan di kios dekat kantor distrik atau di kantin perusahaan kayu milik PT.MMB.
“Setelah beli bahan makanan, kita harus pikul lagi sampai di kampung melewati hutan sejauh 12 km dengan waktu yang di tempuh berjalan kaki sekitar 3 jam,” ungkapnya.
Menurutnya, Kampung Saimeba memiliki penduduk sebanyak 300 jiwa dan rumah yang ada sebanyak 50 unit, dan dihuni oleh 150 KK, sedangkan rata-rata setiap rumah di tempati 3 KK.
Lanjut Martinus Sayori menerangkan, bahwa rumah di Saimeba masih menggunakan papan. Kenapa? “Karena kita mau bangun rumah, jalan untuk angkut material tidak ada, sehingga kami sangat kesulitan, rumah kayu yang kami bangun selama ini materialnya seperti atap zeng, paku dan sebagainya harus kami pikul dengan jarak yang sangat jauh,” tegasnya.
Selain itu, siswa SD yang tinggal di Saimeba ada sebanyak empat orang dan SMP tiga orang. Mereka semua sekolah di Tahota. “Kalau mereka pergi harus jalan dari rumah sore hari dan menginap di rumah singgah masyarakat Saimeba di Tahota, supaya besok paginya mereka bisa masuk sekolah di SD dan SMP,” tambahnya.
Sebanyak kurang lebih 20 orang memilih sekolah di Momiwaren dan Teluk Bintuni, karena mereka tidak mau sekolah di Tahota, sebab jalan yang terlalu jauh.
“Harapan kami kepada pemerintah daerah maupun pusat supaya dapat memperhatikan hal tersebut, karena kami juga ingin anak-anak kami yang sekolah di Tahota dapat merasakan rasanya menikmati pendidikan yang lebih baik, kalau jalan yang dilalui seperti ini terus, tidak akan ada kemajuan untuk kampung kami,” ujarnya.
“Jika jalan sudah baik otomatis untuk untuk membawa material bangunan sudah tidak kesulitan dan juga bahan makanan keseharian,” tambahnya. (eap/bm)