MANOKWARI,KLIKPAPUA.com–Di tengah gemerlap Bulan Suci Ramadan, sebuah kisah kebaikan dan keikhlasan dari Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Manokwari mencerahkan sebuah kampung terpencil.
Melalui perjalanan yang penuh rintangan tidak hanya menempuh jarak geografis, tetapi juga menjelajahi relung-relung kehidupan masyarakat yang terisolasi dari berbagai fasilitas.
Salah satu Program Majelis Taklim (MT) Al Ikhlas Kementerian Agama Kabupaten Manokwari di Bulan Suci Ramadhan adalah berbagi Paket Sembako dan Uang Tunai kepada Mualaf dan Mustahik.
Memulai perjalanan menuju Kampung Simombou I, Anggresi, dengan jumlah Kepala Keluarga 38 KK yang terdiri dari 15 KK Muslim dan 23 KK Nasrani yang jauh dari hiruk pikuk keramaian, berada tepatnya dibawah kaki gunung, dengan perjalanan kurang lebih 4 km dari jalan raya untuk tiba di kampung tersebut.
Meskipun akses menuju kampung tersebut terbilang sulit, tidak menyurutkan semangat MT. Al Ikhlas untuk menyebarkan kebaikan dan kasih sayang di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.
Dengan menghadirkan spirit solidaritas dan kepedulian, ASN Kemenag Kabupaten Manokwari membawa bantuan berupa Paket Sembako dan Uang Tunai yang berasal dari Swadaya ASN Kemenag Kabupaten Manokwari berkolaborasi dengan Toko Mekar Jaya dan Travel Umroh, PT. Prima Unggul, PT. Al Jasiya Travel dan PT. Asafi Tour yang ada di Kabupaten Manokwari.
Kepala Kemenag Kabupaten Manokwari, Saul Nauw menyampaikan, bahwa inilah bagian dari tanggung jawab sosial sebagai pelayan masyarakat, terlebih lagi di bulan Ramadan yang penuh berkah ini. “Semoga apa yang kami lakukan bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk peduli dan membantu sesama, terutama yang berada di daerah-daerah terpencil,” harapnya.
Ketua MT. Al Ikhlas, Purnomo mengatakan, kedatangan mereka bukan hanya membawa bantuan fisik semata, tetapi juga ingin berbagi kehangatan dan kebersamaan, serta memperkuat ikatan sosial antar umat beragama di tengah-tengah masyarakat.
Kepala Kampung Simombou I, Pripus Wonggor berterima kasih atas bantuan yang diberikan kepada warganya. “Kami yang belum tersentuh bantuan dikarenakan sulitnya akses menuju tempat kami. Saya selaku kepala kampung berharap ini bukan yang pertama dan terakhir bapak/ibu kunjungi kampung kami.”
“Kami hidup dalam suasana toleransi beragama, saya mengizinkan Mushollah berdiri di kampung ini, walaupun umat muslim yang minoritas, namun saya berharap bapak/ibu dapat melihat pembangunan musholah yang sudah beberapa tahun tidak dilanjutkan karena keterbatasan biaya, agar umat muslim di kampung ini dapat beribadah di mushollah,” ungkap Pripus Wonggor. (rls)