MANOKWARI,KLIKPAPUA.com–Terpilihnya Manokwari, Papua Barat, sebagai tuan rumah event internasional W20 ke -4 ini dengan berbagai macam kriteria. Banyak wilayah Indonesia lainnya meminta penyelengaraan side event dapat dilakukan di wilayahnya.
Ungkap Ketua Umum Kowani Pusat, Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo didampingi Pj Gubernur, Ketua Panitia Lokal saat melakukan konferensi pers di Aston Niu, Rabu (8/6/2022).
Dr. Giwo mengatakan, meskipun Papua Barat tuan rumah, namun dalam delegasi W20 ada para perempuan dari seluruh Indonesia yang nantinya akan direkomendasikan ke G-20 di Bali pada November mendatang.
“Kami memberikan apresiasi dan ucapan yang tak terhingga kepada Gubernur selaku pimpinan daerah di Papua Barat yang memberikan fasilitasi yang sangat baik sehingga acara side event W20 yang ke-4 khususnya dengan tema perempuan pedesaan dan perempuan yang berkebutuhan khusus dapat berjalan dengan baik,” katanya.
Dalam side event ini dihadiri 20 negara sebagai peserta dari G-20, dimana mereka selain membicarakan mengenai topik wanita pedesaan dan wanita disabilitas, juga melihat kekayaan alam yang dimiliki Papua Barat. “Setidaknya menambah suatu nilai yang sangat berharga bukan kepada perempuan Indonesia, tetapi juga kepada wilayah Papua Barat,” ungkapnya.
Menurut Dr. Giwo sudah banyak peraturan, kebijakan khusus yang dikeluarkan bagi kaum perempuan pedesaan, namun pada kenyataannya implementasinya masih jauh dari yang diharapkan.
“Tentunya ada sinergi, kerjasama yang baik bukan hanya dari pemerintah saja yang melaksanakan, tapi sinergi antar kementerian, NJO juga mendukung dan ikut juga mengimplementasikan, dimana tadi pada waktu acara kita sudah bincang-bincang untuk rencana tindak lanjutnya,” jelasnya.
Diharapkan tindak lanjutnya bukan pada momentum saat event sesaat yang bisa menguat begitu saja, tetapi diharapkan memiliki landasan yang kuat untuk dapat benar-benar dikerjakan dengan menghasilkan suatu karya yang benar-benar nyata, kemudian ada perbedaan yang signifikan dari sebelum pelaksanaan side event W20.
“Kita bukan hanya bicara mengenai perempuan pedesaan, disabilitas, namun kita juga berbicara mengenai kesetaraan gender di masyarakat, terutama kaum perempuan. Dimana itu sudah kita rasakan baik itu di publik, politik, dunia kerja, ekonomi itu sudah ada perbedaan. Bagaimana kita mau implementasikan dari aturan-aturan yang sudah kita bicarakan di dalam side event ini khususnya untuk perempuan disabilitas dan perempuan pedesaan, tentunya perlu dengan perjuangan yang kuat, sedangkan kesetaraan gender saja kita masih mengalami ketimpangan. Ini hal yang tentunya kita harus terus melakukan sosialisasi, kita gaungkan kita edukasikan, dan sosilaisasikan,” pungkasnya. (aa)
|
|||||