MANOKWARI, KLIKPAPUA.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat mencatat, jumlah pengangguran di Papua Barat per Agustus 2024 mencapai 12.511 orang. Meskipun demikian, kenaikan angka pengangguran ini relatif kecil, yakni sebanyak 164 orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kepala BPS Papua Barat, Merry, menjelaskan jumlah penduduk usia kerja di Papua Barat meningkat menjadi 424.691 orang, bertambah 5.195 orang dibandingkan dengan periode yang sama pada Agustus 2023. Dari jumlah ini, 302.588 orang tercatat sebagai angkatan kerja, sementara sisanya sebanyak 122.103 orang bukan bagian dari angkatan kerja.
“Sepanjang Agustus 2023 hingga Agustus 2024, tenaga kerja yang terserap meningkat sebanyak 6.902 orang. Namun, jumlah pengangguran masih mencapai 12.511 orang, menunjukkan bahwa tidak semua angkatan kerja berhasil terserap dalam pasar kerja,” kata Merry saat merilis kondisi ketenagakerjaan 2024, Selasa (5/11/2024)
Merry mengatakan, pengangguran berdasarkan jenis kelamin dalam dua tahun terakhir, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) laki-laki cenderung lebih rendah dibandingkan perempuan.
Pada Agustus 2024, TPT laki-laki tercatat sebesar 4,06 persen, sementara perempuan mencapai 44,25 persen, yang menunjukkan perbedaan signifikan dalam partisipasi kerja berdasarkan gender.
Pada Agustus 2024, jumlah angkatan kerja di Papua Barat mencapai 302.588 orang, dengan 290.077 di antaranya bekerja dan 12.511 menganggur. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angkatan kerja bertambah 7.066 orang, dengan peningkatan jumlah penduduk bekerja sebanyak 6.902 orang.
Meski demikian, peningkatan jumlah pengangguran menunjukkan adanya persaingan ketat dalam mendapatkan pekerjaan.
Data dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2024 mengungkapkan bahwa sektor pertanian masih mendominasi lapangan pekerjaan di Papua Barat, menyerap lebih dari 41 persen tenaga kerja.
Ini menunjukkan ketergantungan besar pada sektor primer, serta potensi yang perlu digarap untuk mengembangkan pertanian modern dan produktif.
Selain itu, sektor perdagangan dan administrasi pemerintahan juga memiliki peran penting dalam penyerapan tenaga kerja, masing-masing berkontribusi sekitar 15 persen dan 14 persen. Hal ini menunjukkan perlunya pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta peningkatan kualitas pelayanan publik.
Pada Agustus 2024, penduduk yang bekerja didominasi oleh lulusan SD atau yang tidak bersekolah sama sekali, dengan persentase mencapai 34,57 persen. Namun, pengangguran masih didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang mencapai 38,38 persen dari total pengangguran.
Situasi ini menekankan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan vokasi dan keterampilan kerja bagi lulusan SMA agar mereka lebih siap bersaing di dunia kerja.
Selain itu, lulusan diploma dan perguruan tinggi (Diploma IV, S1, S2, S3) juga menyumbang persentase yang cukup besar terhadap total pengangguran, masing-masing sekitar 5,08 persen dan 8,10 persen.
Tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi menyoroti perlunya penyelarasan kurikulum pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri guna meningkatkan daya saing lulusan. (dra)