Kepala BNPB: Media Harus Mampu Membangkitkan Emosi Warga Agar Menunda Mudik

0
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo
JAKARTA, KLIKPAPUA.com—Program Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku (FJPP) angkatan ketiga berlangsung via zoom, Senin (10/5/2021). Pertemuan ini membahas peran strategis media dalam penanggulangan pandemi Covid-19. Turut hadir dalam pertemuan itu Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo serta dihadiri 3.030 para jurnalis yang tergabung dalam FJPP angkatan 3.
Doni mengatakan, peran media sangat penting dalam upaya penanggulangan dan penghapusan jumlah kasus Corona di Indonesia. Media memiliki peran dalam menyampaikan informasi baik bersifat positif maupun negatif. “Kawan-kawan yang tergabung dalam FJPP sebanyak 3.030 orang saya ucapkan selamat telah diberikan kesempatan oleh tim gabungan untuk kita sama-sama menghadapi penanganan Covid-19 di negara kita ini,” kata Monardo.
Ia melanjutkan, kasus Corona di Tanah Air relatif melandai dalam dua bulan terakhir. Kasus tertinggi tercatat pada Desember 2020, lalu Januari, dan awal Februari 2021. Dalam rentan tiga bulan itu semua rumah sakit terisi pasien Corona hingga 80 persen. Bahkan kata Doni, born isolasi ada yang di atas 100 persen. “Hari ini di Pulau Jawa rata-rata sudah di bawah 40 persen. Tapi sebaliknya di Pulau Sumatera mengalami peningkatan yang signifikan. Banyak provinsi born-nya di atas 60 persen, padahal 4 minggu lalu masih 40 persen,” papar Doni.
Doni menjelaskan, salah satu momen yang memungkinkan terjadinya penularan tinggi yakni saat mudik. Mudik memiliki potensi interaksi tinggi hingga dikawatirkan berdampak pada meningkatnya kasus. “Karena itu kita harapkan warga bersabar jangan nekat mudik. Hanya ini yang bisa bantu kita kurangi kasus aktif. Kalau kasus tinggi, juga akan diikuti angka kematian yang tinggi. Dampaknya nakes ikut jadi korban. Nah tugas kita bersama saat ini kurangi niat mudik,” katanya.
Doni menyinggung soal ledakan kasus Corona di India. Kata dia awal Februari dan akhir Januari, India masih jauh di bawah Indonesia. Mereka dengan 150 ribu kasus aktif. Sementara Indonesia 176 ribu. “Tapi saat kegiatan politik, kegiatan agama dan lainnya dibiarkan, hanya butuh waktu dua minggu meningkat pesat. 4.000 orang per hari meninggal,” jelasnya.
Karena itu, ini harus jadi pelajaran. Media harus mampu membangkitkan emosi warga agar menunda mudik.Berdasarkan data dari BNPB, diketahui masih ada 7 persen warga yang nekat tetap mudik. Artinya ada sekitar 18 ,9 juta orang yang enggan menuruti anjuran pemerintah untuk menunda munik.
“Minggu lalu saya berkunjung ke Jambi, ada warga 1 RT 50 persen warga terpapar Covid. Menariknya, di lokasi tersebut diberlakukan mikro lockdown, tingkat RT saja. Ini sangat bagus karena lewat micro lockdown pemerintah tetap bisa mencukupi kehidupan warga. Warga di sana juga saling gotong royong membantu pemerintah terapkan aturan larang mudik,” jelas Doni.
Doni meminta agar ketika ada kasus meningkat, disarankan untuk memberlakukan micro lockdown untuk bisa meningkatkan kemampuan pengendalian. Media juga diminta ikut mengkampanyekan micro lockdown serta dampak positif yang bisa didapat dari metode yang satu ini. Ia juga mengingatkan bahwa vaksin bukan solusi segala-galanya. Yang terpenting adalah mematuhi prokes. (red)

Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.