FAKFAK,KLIKPAPUA.com — Sebagai langkah strategis dalam memperkuat kapasitas masyarakat menghadapi situasi darurat, CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku melalui Aviation Fuel Terminal (AFT) Pattimura Ambon menggelar Pelatihan SDM Kelompok Desa Tangguh Bencana Negeri Laha di Balai Dusun Air Manis, Negeri Laha, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Provinsi Maluku.
AFT Pattimura Ambon berkolaborasi dengan perangkat Negeri Laha, Saniri, Tim Desa Wisata Negeri Laha, serta Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Maluku dengan melibatkan fasilitator profesional, yaitu Bapak Liberth Salakoly dan Ibu Maya Paliama.
Edi Mangun selaku Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku mengatakan, tujuan dari pelatihan ini sebagai bentuk peningkatan kesiapan masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama pada keadaan darurat, khususnya saat terjadi bencana alam atau kecelakaan di lingkungan sekitar.
“Tujuan Pertamina dalam menggelar kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama saat keadaan darurat atau bencana alam,” kata Edi.
Kegiatan tersebut digelar dalam dua sesi. Sesi pertama berfokus pada pemaparan teori terkait prosedur dan langkah-langkah pertolongan pertama. Dan dilanjutkan pada sesi kedua, dengan dilaksanakan praktik langsung dengan mempraktikkan teknik CPR (resusitasi jantung-paru), pembalutan luka untuk mengatasi perdarahan, serta penanganan patah tulang.
Latihan ini bertujuan agar masyarakat dapat mengasah keterampilan secara praktis. Peserta tidak hanya berlatih menggunakan peralatan standar, tetapi juga dibimbing untuk menggunakan bahan-bahan alami disekitar.
Masyarakat diajarkan untuk membuat bidai dari kayu sekitar, membalut luka menggunakan pakaian atau kain darurat, serta membangun tandu darurat dari daun pelepah kelapa, batang bambu dan kain selimut. Metode ini penting agar masyarakat dapat tetap bertindak cepat meski dalam situasi terbatas tanpa peralatan medis yang memadai.
Pelatihan ini dihadiri oleh seluruh RT dan RW di Negeri Laha, perangkat Negeri, anggota Saniri dan Tim Desa Wisata Negeri Laha. Keterlibatan penuh dari pemangku kepentingan ini menunjukkan adanya komitmen bersama untuk memperkuat kapasitas kelompok DESTANA (Desa Tangguh Bencana) Negeri Laha.
“Ini menjadi bukti kolaborasi yang erat antara lembaga pemerintahan dan masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan komunitas yang memiliki kesiapan deteksi dini dan respons cepat terhadap potensi bencana,” lanjutnya.
Sebagai langkah ke depan, pelatihan ini diharapkan dapat menjadi agenda rutin untuk menciptakan budaya kesadaran tanggap bencana. Diharapkan juga bahwa kader pertolongan pertama yang telah dilatih mampu berbagi pengetahuan kepada masyarakat lain di Negeri Laha.
Dengan demikian, Negeri Laha dapat menjadi model desa tangguh bencana yang mampu bertahan dalam situasi darurat, melindungi keselamatan warganya, dan menciptakan ekosistem masyarakat yang lebih siaga terhadap bencana. Kerja sama lintas pemangku kepentingan dalam pelatihan ini mempertegas komitmen Negeri Laha dalam membangun masyarakat yang sadar dan tanggap terhadap risiko bencana.
“Dengan keterampilan baru yang dimiliki masyarakat, diharapkan Negeri Laha akan menjadi contoh desa tangguh yang mandiri dalam menghadapi situasi darurat,” tutupnya.(rls)