Roberthus Yewen Beri Materi ‘Pola Pendidikan Berasrama’ pada Pengenalan Asrama IPMT Jayapura

0

JAYAPURA,KLIKPAPUA.com— Pembina Ikatan Pelajar Mahasiswa Tambrauw (IPMT) Jayapura, Roberthus Yewen memberikan materi tentang Pola Pendidikan Berasrama pada kegiatan Pengenalan Asrama Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Tambrauw (IPMT) Jayapura yang berlangsung di Perumnas 3 Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Sabtu (25/11/2023).

Roberthus Yewen menjelaskan, asrama merupakan tempat tinggal belajar serta perlengkapannya baik secara individu maupun bersama-sama. Sebagai kebutuhan rohaniah dan sebagai anggota masyarakat.

“Syarat menjadi penghuni asrama adalah mengikuti masa pengenalan asrama, taat dan patuh terhadap buku pedoman asrama, mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di dalam asrama dan saling menghargai serta menghormati sebagai sesama penghuni di asrama,” jelasnya.

Dosen Kontrak Jurusan Antropologi Universitas Papua ini meminta kepada penghuni untuk menggunakan sapaan yang layak dalam menyapa satu dengan yang lainnya.

Sapaan yang layak yaitu, kakak, adik, sahabat atau teman. Sedangkan sapaan yang tidak layak adalah wee atau ko, bosa atau sebutkan nama orang dan bahasa seperti ‘anjing’, ‘babi’ dan lain sebagainya.

“Aktivitas dan kegiatan setiap hri di srama harus dilaksanakan oleh penghuni seperti doa pagi, masak dan makan bersama di masing-masing kamar, mengatur jadwal piket menutup dan membuka pagar, menjaga ketenangan di dalam asrama dan menjaga kebersihan di dalam asrama,” ujar pemuda yang akrab disapa Kaka Yewen itu.

Lakukan Tanggung Jawab Kecil

Yewen mengajak seluruh mahasiswa Tambrauw di Jayapura, terutama para mahasiswa yang mengikuti pengenalan asrama, agar setia dalam melaksanakan tanggung jawab kecil yang ada di dalam asrama.

Menurut Yewen, tanggung jawab kecil yang ada di asrama, yaitu masak makan, mencuci piring, membersihkan halaman asrama, dan lain sebagainya. Hal-hal kecil ini akan mengembangkan semangat para mahasiswa kedepannya,” ucapnya. “Jika kita setia pada tangung jawab kecil, maka kita akan diberikan tanggung jawab untuk hal-hal yang besar,” tambahnya.

Yewen mengutip kata-kata yang disampaikan oleh Mother Theresia dari Calcutta, yaitu “lakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar”. Artinya para mahasiswa Tambrauw di Jayapura diajak untuk melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar.

“Kita tidak perlu menunggu melakukan hal-hal yang besar, tanpa harus melakukan hal-hal yang kecil yang ada di sekitar kit. Salah satunya adalah masak makanan yang kita lakukan setiap hari di asrama,” ujar Jurnalis Kompas.com ini.

Kegiatan dan Dampak Tinggal di Asrama

Yewen menyampaikan ada beberapa hal yang perlu dilakukan selama tinggal di asrama, yaitu pengenalan anggota baru atau ospek, pola pembinaan yang harus dilakukan, membangun keperibadian dan rohani, rolling penghuni antara kamar dan membangun kebersamaan melalui rekreasi.

“Suka duka yang ada di asrama, yaitu menjadikan tempat berbincang dan bercanda, tempat berbagi kesenangan dan kesedihan, tempat saling membantu antara penghuni,” ujarnya. “Tempat saling menghargai dan menghormati dan tempat berbagi ilmu pengetahuan sebagai sesama mahasiswa selama menempuh pendidikan di Jayapura,” tambahnya.

Yewen menyatakan, tidak ada kenangan yang lebih indah, dinandingkan kenangan selama berada di asrama.

Dampak setelah tinggal di asrama kata Yewen, para mahasiswa ketika selesai bisa lebih bertnggung jawab, mudah beradaptsi dlam pekerjaan, mudah bergaul dan beradaptasi dengan tetangga, terlibat aktif membantu masyarakat kedepannya.

“Teruji untuk menjadi pemimpin, bertanggung jawab dalam keluarga, tidak mudah menyerah, mimpi yang besar untuk meraih cita-cita dan masa depan,” ujar alumnus Magister Sosiologi Universitas Cenderawasih ini. (rls)

 



Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.