Pertamina Gandeng Mitra dari Jepang , Korea Selatan, dan UEA Genjot Pengurangan Emisi Karbon

0
Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina. (Foto: Ist)
JAKARTA,KLIKPAPUA.com–Pertamina menandatangani kesepakatan kerjasama dalam rangka untuk membahas, mengeksplorasi, dan berpotensi terlibat dalam inisiatif transisi energi bersama beberapa partner di antaranya Mubadala, POSCO INTERNATIONAL, Japex, dan Jogmec. Penandatanganan dilakukan di sela pelaksaan Indonesia Petroleum Association (IPA) Convex 2023.
Pertamina dan mitra  bermaksud menjajaki kemungkinan kerja sama dalam penelitian, pengembangan teknologi produk rendah karbon beserta implementasinya, khususnya untuk Carbon Capture & Storage/Carbon Capture, Utilization & Storage (CCS/CCUS), Blue Hydrogen/Ammonia, New & Renewable Energy (NRE), dan potensi kolaborasi terkait lainnya di Indonesia.
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan sektor energi diproyeksikan sebagai sektor penyumbang emisi terbesar Indonesia tahun 2030 sehingga diharapkan memiliki kontribusi yang signifikan dalam pengurangan emisi karbon, yang menempati urutan kedua setelah sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya. Menurut dia penandatanganan kali ini merupakan milestone penting dalam upaya Pertamina mendukung langkah Pemerintah dalam mewujudkan target NZE Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat.
“Ini adalah penandatanganan hal yang juga strategis bagi pencapaian NZE, yakni beberapa kerja sama dengan global company untuk pengembangan CCUS. Ini merupakan game changer bagi indonesia karena dengan target penurunan karbon emisi hingga mencapai NZE 2060, program dekarbonisasi atau pengembangan renewable energy saja tidak cukup karena sampe 2060 fosil energy masih ada walau porsinya sudah berkurang. Karena itu perlu ada inisiatif yang sifatnya adalah negative carbon,” jelas Nicke setelah penandatanganan kerjasama, Selasa (25/7/2023).
Berdasarkan data Pertamina, saat ini emisi per kapita Indonesia masih di bawah rata-rata emisi CO2 per kapita dunia (di bawah 3 ton per orang). Adapun Indonesia memiliki potensi dari klaster Integrasi untuk CCUS end-to-end dan berinovasi sebagai penyedia energi hijau di klaster tersebut. Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, kapasitas penyimpanan CO2 potensial mencapai 80 hingga 400 giga ton CO2 di depleted reservoir serta saline aquifer.
“Indonesia Alhamdulillah memiliki storage capacity yang cukup besar, yaitu 400 giga ton sehingga banyak negara, industri, yang tertarik kerja sama dengan Pertamina, khususnya karena kita telah berhasil melakukan CCUS di Jatibarang bersama partner dari Jepang dan hasilnya bagus dan saat ini project kedua di Sukowati kita lakukan CCUS,” ungkap Nicke.
Salyadi Saputra, Direktur Strategi Portofolio  dan Pengembangan Usaha Pertamina, menyatakan Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan CO2 yang sangat besar sehingga, proyek dekarbonisasi di Indonesia juga akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penurunan emisi dunia.
Proposisi unik lainnya adalah hutan hujan tropis, lahan gambut, dan hutan bakau terbesar yang berpotensi menyimpan hingga 300 miliar ton CO2, menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi solusi berbasis alam terbesar ke-2 untuk menyelesaikan masalah emisi. Terakhir, melimpahnya energi baru dan terbarukan yang berpotensi untuk menghasilkan sekitar 3600 GW di Indonesia akan turut menjadi pendorong dekarbonisasi global, yang berasal dari berbagai sumber termasuk panas bumi (24 GW) angin (155 GW), matahari (3300 GW), bioenergi (57 GW), air (95 GW) dan laut (60 GW).
“Indonesia akan memiliki peran yang signifikan, tidak hanya untuk Asia tapi juga dunia,” ungkap Salyadi.(rls)


Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.